Tiga hal ini sangat nikmat. Seks, uang dan kekuasaan. Kelekatan pada tiga hal ini sangatlah manusiawi. Iyalah, manusia mana yang tidak menyukainya? Maka semua manusia mengejar hal itu lewat segala cara. Dan ada banyak orang yang berhasil menggapainya. Mendapatkan seks, mendapatkan uang dan mendapatkan kekuasaan. Walau tidak mengejar, kalau disodori, pasti tidak akan dilewatkan, tidak akan ditolak. Dan lebih banyak orang sedang dalam posisi pengejaran ini.
Tiga hal inilah yang menjadi tantangan bagi hidup manusia. Maka ada yang mati-matian dalam hidup tapa mati raga. Menjadi biarawan atau pastor atau biksu atau pertapa atau apalah namanya untuk mampu mengurai seks, uang dan kekuasaan jadi alat bagi kekudusan, untuk mencapai keilahian. Preketek!
Kulit tersentuh pun langsung terangsang dalam hasrat seksual.
"Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu gugusannya. Kataku,"Aku ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan-gugusannya..." (Kid. & : 7 - 8)
Melihat uang pun ingin menyimpannya bagi diri, untuk kesenangan diri.
"Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah." (Lukas, 12 : 19)
Menyadari ada makluk lain langsung sombong merasa jadi penguasa.
"Penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kej. 1 : 28)
Ah, semua ada teorinya, teman. Pun kitab tersuci sekalipun bisa menjadi bungkus bagi teori manusiawi ini. Kenapa tidak? Jadi bagaimana menjadi murni, miskin dan taat? Kau punya teorinya, teman? Ha, masih punya teorinya? Hanya teori? Haaa....
No comments:
Post a Comment