Wednesday, August 29, 2012

Gunung Betung 2 : Basecamp yang Indah

Memulai perjalanan ke basecamp.
Di tulisan sebelumnya aku telah menunjukkan sekilas di mana kami memasang tenda sebagai basecamp kami selama di Gunung Betung. Ini tempat yang aman, nyaman dan indah. Tentu saja dengan mengingat segala pesan Mbah Sum dan tanda hati-hati yang terpasang di sana. Salah satunya tidak membiarkan anak-anak atau siapa saja pergi sendiri atau melongok melihat aliran air yang menjuntai jadi air terjun di bawah saja. Lokasi itu sangat curam dan penuh batuan. Jadi ingat selalu! Jangan terlalu dekat dengan ujung atas air terjun dan melongok ke situ walaupun ada godaan pemandangan yang indah dari atas! Ingat!
Lokasi camp kami persis di bawah pohon rindang di bagian atas, yang menjadi titik awal andai kita mau mendaki ke puncak Gunung Betung. Tempat ini cukup luas untuk memuat tiga tenda yang kami dirikan, plus api unggun besar dengan tumpukan kayu cadangan di sebelahnya. Kayu kering sangat mudah dicari. Banyak kayu lapuk di sekitar basecamp yang bisa dipakai. Jika awalnya aku kuatir karena tidak mendapatkan parafin saat mau berangkat, begitu tiba di basecamp itu kekuatiran hilang. (Kebanyakan toko masih tutup, sehingga tidak ada parafin yang bisa dibeli. Toko langganan malah habis persediaan parafinnya.) Kami masih bisa memasak tanpa parafin. Hehehe, tentu saja kami membawa spirtus sebagai gantinya selain mengandalkan kayu-kayu dari sekitar.
Menunggu penampakan dekat api.
Sore sejuk terasa ketika matahari mulai undur di barat. Agak meremang bulu kuduk di jam-jam dekat magrip. Aku tidak tahu kenapa padahal aku tidak sedsang merasa takut. Tapi hanya sebentar, kemudian berganti dengan suasana lengang indah. Terlebih ketika melihat cahaya bulan setengah cukup membuat malam setengah terang. Wah.
Batu besar depan tenda, favorit untuk nampang jadi model.
Malam tidak terlalu dingin beku. Bernard dan Albert menyusup tidur setelah menghabiskan jatah makan malam. Beberapa sendok nasi sisa siang, mi goreng dan mi rebus yang lengkap dengan sawi dan kol serta suwiran ayam goreng, plus tumis tahu tempe (Hehehe, mewah. Itu sisa makan siang yang memang kami bawa dari rumah.) Lalu tambah dengan kapucino hangat serta beberapa cemilan.
Yang lain masih sempat ngobrol di sekitar api, sembari menahan diri tidak cerita yang horor. Hehehe. Malam sempat ada tamu tiga orang yang kemudian pergi lagi. Bejo mengira mereka orang mabuk. Aku tidak mau mengira begitu. Hanya tiga orang yang agak aneh. Gitu saja. Sesekali terdengar gitar dari arah air terjun. Di sana ada 6 orang yang sedang ngecamp juga.
Sarapan pagi di basecamp Gunung Betung.
Lokasi pancuran air di atas, 50-an m dari basecamp.
Tukang ronda Den Hendro dan Yoyok tidak tidur semalaman. Mereka krusekan saja sepanjang malam entah mengerjakan apa saja. Yang lainnya memilih masuk tenda. Tapi aku pun tidak bisa tidur malam itu. Aku lebih melamun sepanjang malam, mendengar suara alam, mereka-reka calon beberapa cerpenku, memeluk Albert dan Bernard yang pulas, dan pagi-pagi sekali cepat beranjak keluar tenda, untuk...beol! Hehehe, ini salah satu yang boleh ditinggalkan di gunung selain jejak. Yang lainnya tidak seperti sampah, barang, tidak boleh ditinggal. Dan untungnya diriku, jadwal biologisku ini tak pernah berubah di manapun aku berada dalam kondisi apapun. Hehehe...
Enaknya, camp kami ini dekat dengan air di sebelah atas. Air pancuran yang jernih dan sejuk itu sangat cukup untuk memenuhi segala kebutuhan minum, makan dan cuci badan. Bahkan tidak perlu dimasak pun secara kasat mata air ini sangat layak. Jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa... Dan lebih bagus lagi karena semakin atas letak air semakin minim kontaminasi. Yang perlu diingat, tidak boleh kencing dan beol di air. (bersambung)

No comments:

Post a Comment