ada saat aku menerimanya gembira
membopongnya dengan dua tangan
menimang memeluknya menyusuinya
aku kidungkan Jalan Pengharapan Nguyen Van Thuan
aku lantunkan Mazmur Daud bagi Salomo
padanya, aku senandungkan keceriaan
aku adakan pesta setiap putaran bulan
mengundang para muda penuh gairah
yang menyumbang tarian dan semangat
membuatkan bubur dan sup hangat baginya
ikut menimang memeluknya
aku berdiri bagai benteng baginya
menjadi tameng menahan angin
badai luka hujan air mata
aku berdiri membelanya bagai ibu
dengan seluruh kecintaan
ketika kini kerentaan aku rasa
aku melihat kedua tanganku
tak bisa lagi rela menimang memeluknya
tak mau direpotkan oleh rengeknya
tak ingin mempedulikan
tubuhku telah bungkuk
dan dia bukan bayi lagi
bahkan ternyata
dia sama sekali bukan bayi
aku telah salah dari awal cara mencintainya
(bolehkah aku pergi dan meninggalkan dia di gerbang rumahmu?
maukah engkau mengasuhnya?)
No comments:
Post a Comment