Friday, August 17, 2012

17-an Makan Mi Instan?

Sasangka Jati dengan mi instan? Aduh.
Merdeka!
Pekik para pejuang kuulang di hari ini. Merah putih aku kibarkan dengan sadar di halaman rumah, di stir Mio dan di hatiku. Aku sangat mengingat hari ini.
Pun dengan sadar juga aku niat mengisi hari ini dengan gerak tubuhku. Membereskan rumah yang cukup melelahkan karena ditinggal cuti Wawak. Juga menyiapkan makan siang untuk para cowokku.
Jam 10.00, ketika 67 tahun lalu Soekarno membaca teks proklamasi di Jalan Penggangsaan Timur, aku sedang di atas Trans Bandar Lampung menuju kantor. Sengaja motor ditinggal karena aku tidak mau menyetir di jalan yang ruwet padet berdebu macam sekarang ini. Tapi rupanya imbalan jalan sehat harus aku terima karena Trans Bandar Lampung tidak masuk ke gang-gang seperti mikrolet Pahoman.
Di detik ini, tinggal 30 % terberat dari pekerjaan editanku yang tersisa. Yaitu bagian fokus Nuntius. Otakku berat diajak mengerjakan bagian ini. Dan tidak ada pilihan lain untuk disantap selain mi rebus instan ngembat punya Tio (Makasih ya Tio. Dimana kau? Saat aku ambil mi, kau gak ada. Tapi aku sudah bilang kok tadi keras-keras,"Minta mi ya Tio.")
Saat hendak menyantapnya, tak sengaja mangkuk mi bersanding dengan Buku Sasangka Jati yang sudah beberapa bulan ini tergeletak di meja kerjaku. Menunda makan aku buka tepat di pembatas buku yang kusematkan di situ. Baru halaman 10. "Janganlah engkau meremehkan tugas yang kecil-kecil itu, sebab apabila belum terbiasa mengerjakan tugas yang mudah, bagaimana engkau akan dapat mengerjakan tugas yang sukar. Oleh karena itu, segala sesuatu yang sudah ada di tanganmu, laksanakanlah dengan kesungguhan hati yang suci, niatkan atas karsa Tuhan, sebab tidak ada tugas di dunia ini, yang tidak atas karsa Tuhan, meski yang tampak remeh sekalipun."
Wuh, ini buku yang berat, yang belum tentu aku setujui seluruhnya (hmm, tidak harus aku setujui seluruhnya). Tapi melihat ada mi di sebelahnya, aku kembali mengingat 17 Agustus bagi kemerdekaan Indonesia. Berapa orang di Indonesia yang sekarang ini makan siang dengan mi instan sumbangan? Atau, berapa orang di Indonesia yang sekarang ini menyimpan mi instan sumbangan sebagai satu-satunya pilihan untuk buka puasa nanti?
Huff, aku salah memilih pikiran untuk istirahat siangku ini. Jadinya otakku lebih berat sekarang. Dan denyut di bagian belakang kepalaku yang kemarin aku rasakan kembali mendera.
Merdeka!!!

2 comments:

  1. Saya lihat ada buku Sasangka Jati.... bolehkah saya mendapatkan copynya? Salam Sejati

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh. Kita bisa kontak japri lewat email. Memang buku menarik yang langka.

      Delete