Tuesday, October 02, 2018

Italia dalam 4 Hari (1): Persiapan yang Singkat

Sungguh tidak menyangka akan mendapatkan kesempatan lagi pergi ke Roma dalam waktu yang tak terlalu lama. Tahun lalu bulan April, saat musim semi aku ke Roma dan beberapa kota lain di Eropa. Tahun ini kesempatan kudapatkan pada pergantian musim panas dan gugur, 18 - 20 September 2018. Menerima surat undangan dari Kardinal Turkson aku rasanya tak percaya, tapi pengalaman tahun lalu yang juga menerima undangan mendadak, kali aku lebih tenang. Aku mempercayai perjalananku akan menarik, dan setelah mengabarkan pada Mas Hendro pada kesempatan pertama, aku membalas undangan itu dengan menyetujui untuk datang. Acaranya adalah konferensi dunia dengan tema,"Xenophobia, Racism and Populis Nationalism in The Context of Global Migration" diadakan di Ergife Palace Hotel, Roma.

Undangan itu dikirim by email pada akhir Juli dan kemudian undangan resmi kuterima pada awal Agustus, baru hasil scaner. Surat asli dikirimkan ke Kedutaan Vatikan di Jakarta yang kemudian dikirimkan ke aku dan ke Kedutaan Italia tempat aku mengurus visa schengen. Semua berjalan dengan baik, lancar dan cepat. Aku benar-benar hanya mengalir. Menyetujui dengan senang hati, mengikuti tahapan persiapan yang seharusnya seperti meminta tiket ke agen Vatikan untuk mendapatkan tiket perjalanan yang kumaui : Lampung-Jakarta-Roma pulang pergi.

Panitia penyelenggara, sekretariat Dicastery for Promoting Integral Human Development membantuku dengan sangat baik. Tiket yang sesuai dengan Garuda dan Qatar, seperti tahun lalu, dengan jam yang tepat yang seperti kuinginkan. Juga membantuku dengan beberapa petunjuk tentang acara dan hal-hal yang kuperlukan.

Tiket, visa, beres setibaku di Lampung usai perjalanan ke Surabaya untuk pernas FPBN dan Sumenep untuk KKJ, pada 17 Agustus 2018, artinya aku siap untuk berangkat. Tapiii.... tak ada euro atau dollar atau bahkan rupiah di tabungan maupun dompetku. Huft. Aku memikirkannya dengan serius tapi tidak mendapatkannya hingga titik akhir mau berangkat, sehingga bantuan dari beberapa teman pun kuminta dengan sedikit malu. Huft. Aku tak bisa menyebutkan semua nama, tapi secara langsung maupun tidak langsung aku mendapatkan sangu dan dukungan dari teman-teman baikku. Terimakasih banyak teman. Kaulah supporterku. Terimakasih banyak.

Hmmm... sebenarnya kalau dipikir aku tidak benar-benar butuh euro untuk pergi. Aku toh sudah ditanggung oleh panitia, aku tak perlu kuatir. Uang 300 euro dan 40 USD, ditambah dengan 300an ribu rupiah, kuanggap hanya sebagai pegangan saja. Itulah uang yang kubawa saat aku duduk manis di Bandara Raden Intan, 16 Agustus 2018, satu koper dan satu ransel yang penuh dengan krupuk, roti, buku dan baju, dalam bagasi, serta satu ransel kecil kutenteng berisi dokumen, buku, botol kosong, HP dan kamera.

Siap berangkat dan siap menghadapi apa pun. Eropa, aku datang lagi!

No comments:

Post a Comment