Wednesday, October 03, 2018

Italia dalam 4 Hari (3): Hari Pertama Anti Jetlag

Aku menulis tentang ini di facebook:

Saat hadir di suatu tempat untuk acara yang singkat, seringkali aku tak punya waktu untuk istirahat lama memulihkan capai tubuh. Tak ada waktu untuk jetlag. Ini tips yang kupakai supaya tidak jetlag saat berpergian ke tempat yang berbeda waktu dengan asal kita.
1. Begitu naik pesawat, segera ubah jam sesuai waktu kota/negara tujuan.
2. Ikuti waktu setempat seperti orang lokal beraktifitas.
Seperti kualami kemarin, aku sampai di Ergife Palace Hotel Roma pukul 16.00 pm. Waktu di Indonesia pada jam itu sudah 21.00 pm, menjelang tidur. Dan rasanya aku juga ngantuk banget. Untungnya ada beberapa teman baik hati yang mau menemani jalan-jalan sekitar rumah SCJ, melihat Kota Roma dari ketinggian, lalu jalan ke Vatikan menikmati pemandangan malam, dan diakhiri makan di restoran China.
Selesai makan sekitar pukul 22.00 itu berarti dini hari menjelang subuh waktu Indonesia Barat jalan sendiri lebih dari 1 km tanpa ngobrol membuatku super ngantuk. Duh. Kaki melangkah tapi mata nyaris merem.
Sesampai hotel aku mandi dan tidur pulas. Pagi tadi, segar banget masuk ke konferensi. Udah ikut jam setempat. Tidak ingat jam Indonesia lagi. Aman. Adaptasi cepat.

Trik itu penting sekali bagiku, terlebih dalam perjalanan 4 hari yang singkat ini. Hampir dua jam aku tertahan di Bandara Fiumicino karena imigrasi mereka yang 'kekurangan tenaga' sedangkan pada waktu bersamaan ada banyak pesawat yang mendarat. Begitu padat, panas dan lama pelayanannya. Antrian yang mengular tak lagi mengular tapi berdesak-desakan. Oalah...

Tarif taksi yang super mahal.
Saat nunggu bagasi aku bertemu dengan kelompok-kelompok orang Indonesia untuk ziarah atau untuk kompetisi apa gitu, pokoknya mereka dalam kelompok. Aku yang sendirian agak-agak memelas, tapi aku kan sudah niat menikmati perjalanan ini. 
Jadi gaya yakin saja saat keluar bandara, mengiyakan tawaran taksi yang bodohnya aku tak tanya dulu soal jenis taksi dan tarifnya. Langsung naik saja. Aku sesali kecerobohan ini begitu sampai hotel dan sudah menyiapkan selembar 50 euro, si sopir minta 120 euro. Yang benar saja! Aku teriak protes. Si sopir lalu keluarkan list harga mereka, dan kemudian menurunkan tarif: 80 euro. Aku masih protes dan wajah ganteng sopir pun jadi seperti kriminal di mataku. Oke, oke, kubayar juga 80 euro. Huh. Itu sama dengan 1 juta rupiah lebih, untuk sekitar 30 menit perjalanan Fiumicino - Hotel Ergife. Ilang dah kesan ramah yang tadi dia tampilkan sepanjang jalan. Sebel.

Nah, di hotel semua ok. Ini hotel bintang 4 yang mewah. Aku hanya sebentar membereskan barang-barang di kamar lalu keluar. Jangan sampai jetlag. SCJ satu-satunya tujuan. Di sana sebentar, lalu ke Vatikan menikmati keindahan malam dan kembali ke hotel sekitar 22.30. Harus mandi karena badan sudah lengket. Musim panas belum berlalu, dan angin musim gugur sudah mulai berhembus. Aku tidur tanpa mimpi di hari pertama. 

No comments:

Post a Comment