Iyalah, gimana ndak nikmat. Hanya tinggal memakai tubuh yang bernafas, berjalan, menyediakan seluruh pancaindera dan bergembira. Hanya itulah yang kukerjakan selama 16 - 22 September 2018 itu.
Acara akan dimulai pada 18 September pagi hari, jadi tanggal 16 September malam, Garuda membawaku ke Jakarta. Aku punya waktu sekitar 4 jam di Jakarta, untuk pindah terminal dari terminal 3 ke terminal 2, makan malam, check in, urusan imigrasi dan sebagainya.
Pertamakalinya aku menggunakan skytrain Bandara Soekarno-Hatta dari terminal 3 ke terminal 2. Sangat cepat, jauh lebih cepat daripada menggunakan shutle bus dan sama-sama gratis. Cukup nyaman dan serba mudah. Tinggal cari elevator atau lift, naik, hanya beberapa menit sampai di terminal 2. Nah pas turun di terminal ini memang agak repot jalan agak jauh karena masih ada perbaikan fasilitas.
Waktu check ini ternyata sudah mulai dengan antrian mengular di konter Qatar menuju Doha. Aku langsung masuk antrian tanpa sempat ke kamar kecil. Lalu dengan sabar menunggu giliran. Penumpang cukup banyak sehingga aku membutuhkan waktu cukup lama, sekitar 45 menit untuk antri check ini. Begitu selesai check in aman dah. Tinggal 1 ransel tenteng yang menemaniku.
Langsung ke imigrasi, hanya antre sekitar 7 orang di depanku, dan segera aku melesat ke toilet, pipis dan merapikan diri. Sekitar jam 22.00 malam, masih ada waktu sangat cukup sebelum keberangkatan Qatar Airways ke Doha. Bontotku kukeluarkan di ruang tunggu: nasi, kering tempe dan ceplok telur. Nikmattt...
Pukul 23.15 aku mulai masuk gate, menjelang boarding. Menunggu beberapa saat di ruang tunggu dalam aku melihat beberapa model penumpang yang akan bersamaku dalam pesawat yang sama. Sepertiga dari orang yang menunggu di ruang itu orang Indonesia, pelancong dan pekerja. Urusan turis dan urusan kerja. Di luar itu ada grup tak jelas, dan sepertinya aku termasuk dalam grup ini. Ndak jelas mau melancong atau mau kerja. Kalau mau melancong kok tak punya daftar itenery wisata, kalau kerja kok tak ada target akan dapat duit. Huhuhu...
Qatar Airways selalu nyaman. Seingatku tahun lalu aku akan mendapatkan beberapa sovenir yang mungkin kubutuhkan selama di pesawat: kaos kaki, penutup kuping, penutup mata, sikat gigi dan odol. Semuanya masuk dalam satu dompet cantik. Selain itu masih ada selimut, headset juga makanan-minuman yang akan diedarkan beberapa kali. Pukul 00.20 pesawat tinggal landas, aku sudah setengah merem hingga saat makan diedarkan sekitar 1,5 jam kemudian.
Doha airport yang megah dan bersih menyergapku setelah 8 jam perjalanan dari Jakarta. Setelah beberapa kali memakai toilet sempit dalam pesawat, toilet Doha adalah kemewahan. Aku bisa puas membilas pantat dengan air hangat. Hehehe...
Terbang selanjutnya dari Doha ke Roma membutuhkan waktu sekitar 5 jam. Tak ada sovenir seperti yang sebelumnya. Tapi makan lebih bisa kuterima sebagai sarapan yang pas. Dan saat mendarat di Fiumicino, Roma, pukul 13.25, aku dalam kondisi sangat segar, sehat.
No comments:
Post a Comment