Wednesday, October 03, 2018

Italia dalam 4 Hari (7): Balik ke Indonesia Kangen Nasi Padang

Ergife Palace Hotel, Rome
Pagi-pagi tanggal 21 September 2018 jam 03.40 aku sudah bangun. Membereskan lagi dua koper yang akan kubawa (koper beranak koper. Hehehe). Mandi dengan ogah. Sebelum keluar kamar hotel sekitar pukul 04.30 aku memastikan lagi isi ransel yang akan aku tenteng: dokumen, botol minum, alat mandi, kamera, dan HP.

Di lobby hotel ada beberapa orang yang duduk. Pegawai yang seorang ganteng itu menyapaku nyaris tanpa senyum. Mungkin dia belum tidur semalaman. Dia menunjukkan ada bis ke bandara jam 5 kalau aku mau. Nah, itu yang apik. Ndak perlu naksi lagi. Hehehe... Beruntung lagi hotel menyediakan sarapan dalam kantong-kantong untuk dibawa: roti, crackers, jus jeruk, air mineral, wafer dan olesan butter plus selai. Sip.

Yang bikin senewen adalah ternyata si bis itu tak datang juga hingga pukul 05.00. Lalu tak datang juga hingga 06.00. Aku sudah sekali menanyakan itu ke staf yang capai itu dia hanya menjawab kalau dia sudah mencoba menelpon sopir bis tapi tak ada jawaban: "Silakan menunggu saja, Madam." Huhuhu... pesawatku jam 08.20, sayangkuuu.
Menu makan hotel. Tuh, bikin kangen nasi padang kan...

Penampakan pasta. Suka sih, tapi ya gitu deh...

Baru saja aku hendak mengambil keputusan untuk minta taksi pada pukul 06.05 saat bis itu datang terseok-seok masuk ke halaman hotel. Kami berebut masuk. Dan tersisa hanya beberapa kursi di bagian belakang. Rupanya bis itu masih akan menjemput orang-orang lain lagi ke hotel lain. Ya elah. Penuh sesak si bis itu ketika benar-benar melaju ke Fiumicino. Sebagian berdiri, sebagian duduk di bawah. Keluhan dari penumpang tak ada efeknya. Ya iyalah. Mau apa lagi. Bagiku juga yang penting segera sampe bandara.

Seenak-enaknya makanan di pesawat tetep saja tak enak.
Sangat mepet sampai di bandara segera cari konter Qatar. Ih, sepi rupanya. Begitu juga saat di imigrasi dan ruang tunggu. Sepi. Dan ternyata sepi juga dalam pesawat besar Boeing 777-300 itu. Aku sudah minta kursi dekat jendela dan ternyata deretanku tak ada penumpang lain. Jadi aku bisa tidur nyaman sepanjang 5 jam Roma-Doha. Tidur berbaring! Hehehe... Nikmat.

Doha - Soetta pun cukup longgar. Walau tidak bisa berbaring tapi bisa tidur pulas dan makan enak serta beberapa kali ke lavatory. Hidup yang enak itu ya itulah ukurannya: tidur, makan, tersalurkan kebutuhan biologis ke toilet. Hehehe...

Waktu yang cukup longgar di Soetta kunikmati dengan pergi ke Restoran Sate Senayan untuk seporsi sate ayam yang mahal itu dengan sepiring nasi dan segelas besar teh tawar anget. Begitu nikmat sampe ndak ngeh kalau di sampingku ada anak orang yang ngetop di tanah air. Sapa hayooo.... hehehe.... Nasi sate ayam ini perlu banget bagi perutku untuk menetralkan Italian Style selama 4 hari lalu yang penuh dengan pasta, roti, keju, dll yang... ya enak sih enak tapi tentu saja nasi lebih enak bagi perutku. Hehehe...

Masih nunggu beberapa saat sebelum Garuda membawaku kembali ke Lampung siang itu. Mas Hen sudah menanti di Bandara Raden Inten 2 siap mentraktirku nasi padang sepuasnya di Puti Minang. Kangennnnn banget sama nasi padang hoiiii....

2 comments: