Wednesday, October 03, 2018

Italia dalam 4 Hari (6): Salah satu Puncaknya adalah Bertemu Paus Fransiskus

Hari keempat di Italia, Kamis 20 September 2018, harus kucatat secara khusus. Konferensi hari ketiga kami semua peserta diundang ke Vatikan untuk audiensi dengan Paus Fransiskus. Aku selalu berdebar-debar dengan rencana audiensi, tapi aku tak seantusias tahun lalu begitu ingin menyentuh Paus Fransiskus. Sudahlah, pasrah saja. Tahun lalu pun bisa melihat dari kejauhan juga sudah menjadi berkat besar bagiku. Kali ini pun aku berjalan dengan berdebar-debar masuk Hall Sint Clement di bagian dalam tanpa harapan yang muluk. Melewati pemeriksaan pun biasa saja. Menanti dengan manis di kursi agak belakang. Orang besar ini selalu favoritku walau aku tak bisa menyentuhnya.

But, yang terjadi, Paus datang, memberikan sambutannya ke Kardinal Turkson tanpa dia baca, lalu kami maju. Satu per satu diberi kesempatan untuk salaman dengannya! Huaahhh... tiada kata yang mampu kukatakan dah. Aku menanti giliranku maju dengan tidak sabar.

Begitu di depannya, aku segera meraih tangannya yang langsung menggenggam erat. Matanya yang teduh memandangku. Hmmm... membuatku sangat malu. Dia sangat ramah mendengarku:

"Aku Yuli dari Indonesia. Kau tahu negaraku itu memiliki banyak masalah. Please, berdoalah untuk Indonesia." Dia mempererat genggamannya. Tak berkata apa-apa. Mungkin tak mendengar aku ngomong apa. Tapi aku tak peduli. Aku mengatupkan tanganku mengakhiri salaman itu dengan mengucapkan terimakasih terimakasih terimakasih banyak.

Girang banget usai salaman dengan Paus Fransiskus.
Usai itu aku menuju Kardinal Turkson untuk bilang sekali lagi terimakasih sudah memberiku kesempatan moment indah ini. Kardinal mah pengertian banget: "Sama-sama terimakasih. Terimakasih sudah datang memenuhi undangan. Foto kau bisa cetak nanti usai acara kalau mau mendapatkannya." Dia pasti lihat wajahku yang gembira banget sehingga menduga ini pasti urusannya dengan foto bersama Paus. Hehehe....

Sayang aku tak bisa mencetak foto spesial itu karena saat sore kembali ke Vatikan, studio foto sudah tutup. Petugas di sekitar situ bilang kalau sepanjang September studio foto tutup sebelum jam 16.00.

Ya, tak masalah. Suatu ketika pasti ada kesempatan untuk kembali ke Vatikan mencetak foto-foto itu.

Malam itu, begitu kembali ke hotel, lupa kalau Indonesia sudah masuk jam tengah malam atau dini hari aku menyiarkan anugerah yang kudapatkan itu pada ibu dan Mas Hendro. Mereka kok ya masih melek (atau terpaksa melek karena bunyi HP) menanggapi kabarku itu dengan riang gembira ikut antusias yang mengalir dariku.

No comments:

Post a Comment