Wednesday, January 03, 2018

Sesekali Ikut Campur Urusan Orang Sumenep Ahh...

Sebuah percakapan menarik muncul pada akhir tahun lalu dengan Fendi Kachonk, seorang sahabat dari Moncek, Sumenep. Menuliskan di sini anggap aja aku sedang nyinyir ikut campur urusan orang. Sesekali asyik juga nyinyir model begini. Hehehe.

"Kak, aku dikontak orang pemerintahan untuk menjadi salah seorang penerima Sumenep Award."

"Wah, hebat itu. Bupati Sumenep nyebut juga nama sastrawan."

"Iya, ini pertama kalinya."

"Great." Aku selalu saja otomatis memakai istilah ini jika tak lagi sanggup berkata-kata, karena pada dasarku aku jarang bisa memuji orang lain.

"Aku tidak mau. Aku merekomendasikan beberapa orang lain ke mereka."

"Halah. Kenapa?"

"Aku belum layak. Banyak yang lebih tua, eh lebih senior dariku."

"Lalu, harusnya ada kategori penerima penghargaan senior dan yunior? Halah. Memangnya senior tuh dilihat dari apanya? Lalu kapan bagian yang muda-muda dong? Aku ini termasuk senior atau yunior? Tua ya, tapi pasti orang-orang Lampung aku ini sekelingking doang. Disebut yunior, tapi umurku udah hampir separo abad. Masuk di mana dong aku. Aku tak suka pakai istilah yunior senior untuk sastra."

Entahlah. Aku tak bisa menyukai pemilahan senior dan yunior. Ukurannya seringkali tidak jelas. Kalau pun jelas tetap saja yang namanya penerimaan penghargaan macam gini nih selalu soal dikenal atau tidak, dekat atau tidak, hmmm.... di manapun, pasti selalu sangat subyektif. Lain juri ya lain pemenangnya. Walaupun ada standar penilaian, tetep, bakal tetep subyektif.

Percakapan itu belum usai. Seingatku aku ngoceh panjang lebar soal senior yunior. Lalu tentang pengaruh dan saling mempengaruhi. Misal seseorang itu menerima award, atau penghargaan dari Gubernurlah, Bupatilah, Presidenlah atau dari siapapun, apa pengaruhnya? Ke dirinya sendiri? Menjadi melejit hebat di atas langit sendirian serasa tak terkalahkah? Atau juga ke orang banyak, ke komunitas yang digelutinya, masyarakat yang di sekitarnya dan sebagainya? Juga sebaliknya, siapakah yang memberi pengaruh sehingga seseorang itu mendapatkan rekomendasi penerimaan award? Dirinya sendiri yang memang punya ambisi? Atau karena ada sekumpulan orang yang sudah merasakan peran orang itu terhadap perkembangan bersama?

Hmmm... aku tahu kemudian Fendi dan 17 orang lain dari berbagai kategori sudah menerima award itu dalam sebuah acara di penghujung tahun 2017. Walau dia ngoceh-ngoceh soal tidak profesionalnya penyelenggara juga penyelenggaraan, juga soal pemberian penghargaan tapi tidak menghargai manusia-manusia, juga soal harapan-harapan tahun-tahun berikutnya, aku tetap teriak : "Selamat ya, Fen. Sukses terus. Itu penghargaan untuk seluruh temanmu, bukan hanya untuk dirimu. Jadi awas kalau ndak nulis ndak bergerak ndak jadi orang baik."

Kayaknya dia masih ngoceh sampai hari ini. Bagiku sih gini ajah kalo dimintai nasihat olehnya atau siapapun :"Ndak usah diramaiin soal Bupati award itu. Udah lewat ini. Tahun sudah berganti. Nooo komunitasmu itu yang lebih penting. Bukumu. Taman bacaanmu. Karyamu. Teman-temanmu. Masyarakatmu. Bangsamu."

K. Ali. Salah satu tokoh Sumenep hebat yang kukenal.
Dalam hati aku melanjutkan harapan semoga kategori sastrawan tidak dihapus dari rangkaian Sumenep Award tahun-tahun berikutnya. Dengan begitu minimal pemda setempat meluangkan waktu beberapa lama untuk menggulati nama-nama para penggiat sastra, berdebat antara si a atau si b yang pantas, nyentil-nyentil sastra dan mulai berpikir lebih cerdas untuk mengembangkan sastra. Semoga teman-teman muda di sana entah sahabatku atau bukan tak patah semangat meraih kesempatan itu untuk kepentingan kemajuan sastra di Sumenep. Semoga para sastrawan entah di Sumenep atau di manapun berbahagia.

Juga semoga siapa pun ingat untuk menghargai tokoh-tokoh yang tak bersuara, yang mungkin tak menulis tapi membuat banyak orang menyukai tulisan. Mungkin tak setiap waktu berpuisi tapi membuat banyak anak mencintai puisi. Mungkin tak berbicara banyak tapi menyediakan ruang bagi banyak orang untuk berkembang. Mungkin akan terus tak dikenal hingga matinya namun dikenang sebagai guru bagi anak-anak di sekitarnya.

No comments:

Post a Comment