ANGIN TIMUR DI BULAN OKTOBER
Ketika rindu
kembali kudatangi kau senja
Di ujung dermaga tempat cermin cinta ditambatkan
Dan batu karang yang setia kepada uji
tak pernah mengeluh
pada musim timur
membawa ombak sekedar membuktikan cintanya
atau sabda alam,
biarlah.
Mata tabah nelayan menatap jaring yang robek dimakan
kerasnya asin dan musim
Laut nakal iseng mengganggu perahu ngaso hingga ikan
kecil tak berani pesta di bawahnya
menikmati lumut-lumut hijau
Kemana camar pergi bersembunyi
Membangun kembali rumah atau mencari peruntungan di Pulau Perawan di tengah samudra
Pada suatu waktu mantra yang pernah terucap di sini menjadi benih
Tak mungkin dicabut
Dia akan tumbuh menjadi pohon berbuah manis berkelopak
warna-warni atau mejadi gulma di hati menjadi parasit kehidupan menjadi rahasia
tuhan
Senja di ujung dermaga tempat cermin rindu kutambatkan
Kau kekasihku senja
Aku bukan nelayan tabah nan mampu berdamai dengan angin
timur
Menyulam kembali jaring robek
Setia pada rewelnya perahu tua
Aku bukan batu karang yang setia pada uji
Aku mungkin camar yang tak berani kepakkan sayap
Sembunyi menunggu angin timur pergi
Bermimpi berlibur
di Pulau Perawan di tengah samudra
Kalianda, 26 Oktober 2017
------------
Amir Syarifuddin, atau biasa juga menyebut diri Amir Koboy. Lahir 8 Maret 1981 di Tanggamus. Sekarang bermukim di Kalianda, Lampung Selatan. Menggeluti puisi bersama Komunitas Malam Puisi Lampung Selatan dan belajar teater dalam Sanggar Teater Grilya Lampung Selatan.
No comments:
Post a Comment