Bernard membuat gara-gara dalam beberapa saat terakhir ini. Kalau ditanya tentang sesuatu yang berkaitan dengan letak, dia akan menjawab tanpa pikir panjang.
Kejadian terakhir saja yang kuceritakan ya. Kemarin saat dia mengikuti wisata kota bersama teman-teman di sekolah, pulangnya aku tanya,"Nard, jadi kemana saja hari ini?"
Dengan matanya yang nakal dia menjawab,"Ke hatimu."
"Nggak jadi ke musium? Ke PTPN?"
"Ndak. Ke hatimu."
Dia mendekatkan wajah hingga nyaris menyentuh hidungku, habis itu lari mengambil lap top dan sudahlah, walau kugelitik berkali-kali dia tak mau cerita. Dengan gondok aku berbaring di sebelahnya, diam-diam, dan dia asyik bermain GTA.
"Bu, tadi itu gak asyik jalan-jalannya. Tempatnya jelek."
"Hmmm..." Aku pura-pura cuek. Gak butuh.
"Gak enak. Ke musium transmigrasi, kayak gitu saja. Lalu ke PTPN 7. Sudah hanya dua tempat saja. Ndak bagus."
"Hmmm, rugi dong ibu. Sudah membayar 100 ribu. Lain kali gak usah ikut saja kalau ada wisata kota lagi."
"Ndak dong. Harus ikut. Siapa tahu nanti wisata kotanya ke tempat yang bagus. Rugi kalau gak ikut. Dan lagi dapat makan enak, ayam goreng tepung. Dua bis kami semua. Enak lah bisa jalan-jalan, gak belajar di kelas."
"Memang mau kemana lagi kalau wisata kota?"
"Ke hatimu!"
Dia memelukku dan membenamkan mukanya ke perut, sengaja membuat gerakan yang menggelitik hingga aku harus diem saja menahan geli supaya dia segera berhenti. Kalau aku menjerit-jerit dan minta ampun, dia pasti akan terus melakukannya. "Huh, ibu ini gak enak kalau dicium perutnya, gak geli." Dia pun kembali ke lap topnya.
Hehehe.... dia tidak tahu kalau aku menahan geli setengah mati. Bernard, ibu juga selalu berjalan... ke hatimu.
No comments:
Post a Comment