Monday, October 20, 2008

Krishna

aku mendapatkan Krishna di puncak dingin
tangannya menyentuhkan berkat di atas kepalaku
seperti cakra matahari berputar tangan kirinya
sedang tangan kanannya semburan air sejuk bagi jiwa
menampi kerentaan dalam perjalanan inkarnasi

Krishna hadir dalam hujan petang menjelang Mahabarata
di belakang kereta aku erat di sabuk pingganggnya
putih dan hitam melaju bagi kami
menembus persiapan perang di ruang masa

mungkin ada anak-anak liar Krishna
yang telah bersemayam dalam tubuhku

mungkin ada juraian rambut Krishna
sedang mengkili-kili pikiranku

mungkin ada mimpi dan igauan lain nanti
saat tidur dan bangun yang teratur.

(Puisi ini terinspirasi oleh seseorang dari Timur sana, yang berdiri dan duduk dengan gaya anak Dewa, sembarangan menebar pesona. Sayangnya, aku pun takluk di bawah telapaknya, yang sudah diurapi sebagai tertahbis.)

Teman-teman, puisi ini hanya salah satu dari jutaan puisi yang aku dapatkan dari Pelatihan dan Pernas KKPPMP KWI, Via Renata 12 - 18 Oktober 2008. Yang lain akan aku publikasikan nanti, setelah pengendapan satu persatu, sepanjang hidupku. Sebagai oleh-oleh buat kalian. Sabar ya...

3 comments:

  1. Beraian kekaguman terendap dalam perisai kalbu

    Merayap dalam palungan dalam yang mengisi erat sukma

    Sang bulan berdampingan dengan bintang yang jauh dipuncak langit

    Akankah sang bumi dapat merebut bulan dari sang bintang?

    Kekagunan akan seseorang kadang membuat kita tak sadar bahwa kita dibodohi. Rasa adalah ilusi...
    (Suara hati)

    Krisna disini juga kan manusia biasa kan mbak? Jadi bisa juga jatuh cinta?he...

    ReplyDelete
  2. Hei, anak dusun, pernah mbaca Bhagawad Gita gak? Di sana di tuangkan percakapan antara Arjuna dan Krishna. Arjuna sebagai orang yang bimbang ragu sedang Krishna, Sang Titisan Wisnu, adalah pemberi pencerahan. Berkat Krishnalah, Arjuna bisa maju dalam perang dengan rasa ksatriya. Tidak penting Krishna itu siapa tapi ada Titisan Agung disana. Baca dulu deh. Abis itu baca kembali tulisanku.

    ReplyDelete
  3. Wah sayang sekali, karena daku seoarang anak dusun maka daku tidak pernah baca buku semacam itu. Sebenarnya itu kan cerita pewayangan to Mbak? Jangan tertipu dengan namaku Mbak, walaupun namaku Bejo tapi mengenai hal-hal yang masih beraroma jejawen seperti itu daku kurang faham.
    Maklum daku lahir dan dibesarkan di Lampung. Jikalau provinsi-provinsi pecah di Indonesia ini danmenjadi negara-negara kecil aku akan memilih Lampung sebagai negaraku. Jika perang pecah antar Jawa dan Lampung, aku akan tetap bela Lampung, walau darah yang mengalir dalamdarahku adalah Jawa.

    Hidup Lampung....

    ReplyDelete