Monday, October 27, 2008

Ultah Bernard


Tanggal 26 Oktober, lima tahun lalu aku mengerang di persalinan keduaku. Tidak sesakit waktu kelahiran Albert. Aku kira ada mukjijat besar saat aku melahirkan Bernard. Bagaimana tidak?
Hari Sabtu aku masih bekerja hingga siang. Aku serahkan surat permohonan cuti pada Rm. Zwaard lalu tidak langsung pulang tapi belanja dulu di Matahari. Mencari beberapa keperluan bayi. Ada yang belum sempat dibeli dalam belanja terakhir. Pulang dengan dua tas besar berisi popok, perlak, baju bayi dan makanan untukku sendiri. Sejak hamil Bernard aku sangat hobi makan mie, jadi di rumah harus tersedia mie instan, mie telur dan berbagai jenis mie olahan.
Sudah sore ketika tiba di rumah, rasa pegal menyerang pinggangku. Tentu saja hamil besar selalu dengan tidur yang tidak nyenyak. Berkeringat, salah posisi, salah hati, ...sudahlah, pokoknya repot.
Hari minggu pagi, Albert bangun langsung lari ke sebelah ke rumah Ezra, main. Mas Hendro ngajak misa, aku menolaknya. Rasanya sangat capek. Aku gak mau pingsan di Gereja. Pengalaman saat hamil Albert aku dua kali pingsan saat ikut misa. Malu, perut besar digotong entah siapa. Jadi Mas Hendro berangkat sendiri dengan pesanku, jangan matikan HP. Disilent aja, karena aku akan telp daftar belanjaan yang belum sempat kebeli kemarin.
Begitu Mas Hendro berangkat, aku mengalami kontraksi. Pengalaman dulu, pasti ada proses dalam kontraksi, jadi aku santai-santai. Mandi, sarapan. Tapi kontraksi itu semakin cepat. Pukul stgh 9 aku gak tahan, telp Mas Hendro. Aku mendengar lagu Bapa Kami lewat telp yang sudah diangkat oleh Mas Hendro. "Gak usah belanja dulu. Pulang aja. Perutku sakit nih."
Tidak sampai sejam Mas Hendro sudah tiba di rumah. Barang-barang persalinan aku siapkan kilat. Kain-kain, sarung, baju atasan longgar, banyak pakaian dalam, alat mandi dan baju bayi satu stel. Diantarkan ke Klinik Xaverius, Sr. Irma menyambut dengan senyum,"Ah, masih bukaan 2. Masih lama. Malam paling cepet. Tapi gak usah pulang. Sana, jalan-jalan saja."
Ya, wis. Mas Hendro aku suruh pulang untuk nemani Albert dan aku menikmati lorong-lorong klinik. Sejam kemudian aku merasakan kontraksi yang semakin cepat dan lama. Bel di atas dipan aku bunyikan. Sr. Irma datang dengan mata tak percaya melihat aku sudah sampai pada bukaan 8, cepat jadi 9 dan 10, siap untuk mengejan dan melahirkan. Berikutnya proses kelahiran sangat menyenangkan. Bu Isye membantuku mengatur nafas, sedang Sr. Irma mendorong perut dengan aba-aba untuk mengejan. Tidak lama, Bernard lahir. Nyaris tanpa tenagaku. Bayi yang sangat kuat, punya dorongan sendiri dari dalam. Aku menangis ketika kepalanya ada di dadaku, dengan tali pusat yang masih terhubung dengan rahimku. Bayi hebat.
Tidak ada sakit sama sekali setelah itu. Yang ada adalah kelegaan dan kenikmatan.
Itu sudah lima tahun lalu. Lama sekali. Kini Bernard sudah bukan bayi. Tapi tetap hebat dengan dorongan semangatnya yang luar biasa. Dia punya minat yang tinggi pada banyak hal dan sangat fokus. Jika sudah konsentrasi, aduh wajahnya serius sekali. Memang, keras kepala. Tentu saja sama dengan ibunya.
Selamat ulang tahun, Bernard. Senang mengalami kebersamaan denganmu 5 tahun 9 bulan 10 hari dengan segala peristiwa di dalamnya. I love you. (Pasti tanya : "Ai lopv yu itu apa bu?" Aku cinta padamu, Bernard.)

1 comment:

  1. Welah dalah si Bernad ulang tahun to? Kok gak bilang-bilang yo?he...

    Selamat ulang tahun ya Bernad, tar kalau Om sukses tak beliin kado ualang tahun,he,...

    Dah gede ya, dah lima tahun...
    Ngomong-ngomong ibunya udah berapa tahun tuh?

    ReplyDelete