(Sebelumnya.)
Sampai di stasiun Zurich Hb, sekitar pukul 15.00, Nadet sudah menjemputku di platform. Huh. Kalau tidak dijemput olehnya, pasti aku akan hilang dari peredaran dunia ini secara tidak wajar. Hehehe. Lebay. Tapi memang betul itu. Bahasa Jerman digunakan di sana sini di seluruh negeri kecil ini. Semua-muanya tampak asing. Tapi senyum Nadet tentu saja sangat kukenal bahkan dari kejauhan. Lega banget melihat dia.
Sore itu kami berjalan di sekitar kampus ETH Zurich, ngopi di kantinnya, melihat danau Zurich sambil nunggu Silke. Menikmati Zurich sangat berbeda rasanya dengan Italy. Jauh lebih bersih, lebih rapi, lebih aman. Tak kulihat pengemis atau gelandangan. Tak kulihat sampah dan kericuhan. Pokoke jauh lebih beradab.
Itu beberapa sudut yang kutemui saat berjalan di Zurich pada hari pertama di Swiss. Aku merasa betaahhhh... iyalah. Bahkan aku sampai tak tahu kalau Euro tidak laku di sini karena kebaikan hati SuN menerimaku di rumah mereka yang indah.
"Kau adalah tamu kami. Semua kebutuhanmu kami yang tanggung." Waduh. Aku bercucuran air mata, mau apa coba. Ini bagian dukungan Semesta itu. Kau tahu, Langit. Kadang cara bercandamu itu keterlaluan. Huh. (Kisah selanjutnya.)
No comments:
Post a Comment