Hari santai pada hari Minggu, 9 April, urusanku adalah memenuhi undangan makan. Nadet dan Silke libur. Sepanjang siang mereka bersama beberapa orang sudah merencanakan piknik di tepian danau Zurich, makan, bakar-bakar, makan, jalan, makan, ngobrol, makan lagi, ... dst. Huft. Sampai melar full ini perut dengan salad, buah, asparagus, bihun goreng, ayam bakar, sosis, etc.etc, entah apa saja.
Salah satu yang menarik, bukuku kumpulan cerpen Salah Satu Cabang Cemara rupanya terselip di antara bekal piknik Nadet sehingga menarik perhatian Jo, yang lalu menarik semuanya untuk dibaca sekilas dan dibahas sekilas. Hanya kilas-kilas saja. Hehehe. Iyalah. Mana mereka paham bahasa Indonesia. Tapi mereka rupanya menunjukkan apresiasinya padaku dengan antusias melihat deretan huruf-huruf dalam buku itu.
Lihat. Terlihatnya saja sudah begitu luar biasa kan.
Piknik di tepi danau Zurich |
Pasangan Felix dan Nona, Jerman dan Rusia, mesra... |
Nah, malamnya Edhit undang untuk makan malam. Perempuan Jerman ini memasak pasta dengan saus jamur yang super deh. Awalnya aku udah ragu apakah perutku yang masih kekenyangan dari piknik itu bisa menerima makanan lagi malam hari itu. Tapi ternyata, begitu memasuki rumah Edhit yang mungil, aroma saus jamur tercium lezat dan langsung mengkili-kili perut. Aku masih bisa menghabiskan sepiring pasta dengan sausnya, plus semangkuk salad sayur yang segar. Pun Edhit masih memberiku bonus sekantung coklat. Wajah ramahnya itu tak mungkin kulupakan.
Teras rumah Edhit yang mungil dan indah. |
Silke kebagian motret. Ingat foto setelah semua santapan hilang di perut. Hehehe. |
Malam hari balik ke rumah Nadet dengan super kenyang mengingat seluruh makanan dan energi-energi lain yang kulahap sepanjang hari itu. Tidur pulassss... (Kisah selanjutnya.)
No comments:
Post a Comment