Mestinya baca dulu tulisan ini yaitu tulisan yang kubuat saat aku memulai membaca novel karya Jane Austen, berjudul Emma pada 4 hari yang lalu. Hari ini hampir tengah malam aku menyelesaikan buku ini. Buku super tebal yang sangat-sangat lambat alurnya. Aku ingin buru-buru menuliskannya karena aku takut lupa point-point yang kudapat setelah menyelesaikannya.
Ya, membaca Jane Austen selalu begitu. Seperti dilempar ke abad 18-an, di mana kelas-kelas dalam masyarakat Eropa masih sangat terasa. Walau membaca setebal hampir 800 halaman, aku tak merasa capek sama sekali. Jane menuliskan detail-detail rumit dengan cara sederhana sehingga seolah-olah kita sang pembaca tinggal tak jauh dari tokoh yang diceritakan. Kalau dalam novel ini tokohnya bernama Emma, yang, seolah-olah kita adalah salah seorang tetangga Emma yang tahu persis gerak gerik gadis ini kesehariannya.
Jane seperti novel lain yang sudah kubaca menempatkan konflik-konflik yang mungkin memang dia alami di kalangannya waktu itu. Konflik yang itu-itu saja, soal cinta, perjodohan, relasi dalam keluarga besar dan masyarakat kecil suatu desa. Asyik dan santai walau di seratusan halaman pertama aku selalu merasa sangat bosan, tidak sabar karena hal-hal remeh temeh yang diketengahkan oleh Jane.
Yang menarik adalah, aku selalu berpikir, bagaimana Jane bisa menyelesaikan ratusan halaman seperti itu di jamannya? Dia pasti seorang penyabar yang tekun yang bekerja sangat telaten untuk novel-novelnya.
Kedua, Jane pastilah seorang penulis perempuan yang berani. Dia mengemukakan pendapat-pendapatnya dengan jelas lewat tokoh-tokohnya. Aku yakin dia pasti mendapat banyak tentangan pada masanya. Tapi aku salut luar biasa pada dia. Pendapatnya tak relevan lagi untuk masa kini, tapi pasti itu sangat luar biasa di masa hidupnya.
Ketiga, Jane pastilah seorang yang punya mimpi dan imajinasi yang besar. Dia membangun tokoh-tokoh novelnya sebagai bayangan dari mimpinya sendiri. Yang menarik lagi, nama Jane dipakai juga dalam cerita-ceritanya walau bukan sebagai tokoh utama. Tapi tokoh Jane selalu ditempatkan sebagai bagian yang penting dengan karakter tokoh yang nyaris sempurna. Mungkin itulah sebagian dari mimpi atau cita-cita Jane.
Yang jelas, novel Jane bukan novel yang rumit. Aku bisa menyelesaikannya hanya dalam hitungan beberapa hari. Andai aku tidak terkukung kerjaan lain-lain aku yakin tak sampai satu hari bisa kuselesaikan novel ini. Sebali koleksi, novel Jane bisa dilirik deh. Untuk membangun daya khayal masa silam, tentang romantisme klasik yang kadang klise, ini sangat menarik.
No comments:
Post a Comment