Sepanjang pagi ada beberapa panggilan yang tidak kudengar. Maafkanlah, akhir-akhir ini memang hp sering kujauhkan dari badanku, jadi yang tertinggal hanyalah miss call. Kali ini dari nomor yang tak dikenal, beberapa kali, hingga kemudian sebuah pesan pendek masuk : "Mbak, bisakah minta alamat emailnya? Saya mendapat nomor ini dari Majalah Nuntius karena saya ingin mengirimkan puisi."
Nah, memang, sejak bulan ini saya menjadi pengasuh rubrik sastra untuk Majalah Nuntius, majalah yang sejak setahun lalu kutinggalkan dalam rasa sayang yang membuncah. Iyalah ya, 9 tahun merawat Nuntius seperti bayi, tentu tak tega juga ditinggalkan jauh-jauh walau tangan sudah tidak lagi menjangkaunya.
Nah, (untuk kedua kalinya) rubrik sastra ini justru rubrik yang tak berani aku bangun saat aku masih menjadi Pemimpin Redaksi Nuntius. Kali ini aku menyanggupinya dengan alasan-alasan personal yang menggembirakan. Jadi, sms itu kutanggapi dengan riang. Memberikan salam kenal dan alamat email serta harapan-harapan.
Si calon penulis ini seorang ibu, usia 56 tahun, mengenalkan diri sebagai Bu Endang. "Ibu, jangan kuatir. Kirim saja 2 atau 3 puisi, nanti kita lihat bersama bagaimana puisi-puisi itu." Jawabku, ketika ada nada kuatir dalam percakapannya soal puisi-puisi yang sudah ditulisnya. Dia tidak yakin apakah puisi-puisinya bagus, apakah layak. "Saya baru belajar menulis." Katanya.
Dia bilang sudah membuat tulisan panjang juga, sudah 100 halaman lebih tentang kisah-kisah keseharian yang dia pernah jumpai. Nah, (tiga kali nah. hehehe.) ini bakal menarik. Jadi kutawarkan kantorku,"Ibu, datanglah. Kantorku terbuka untuk pembelajaran kita. Marilah datang untuk belajar sastra bersama." Wuah, 100 halaman yang sudah ditulis katanya. Aku, 40 halaman belum beranjak juga ke halaman selanjutnya.
Nah, nah, nah... ini satu dari calon penulis. Calon-calon penulis berikutnya akan kutunggu. Mungkin tidak selalu kutanggapi dengan seriang hari ini, tapi aku yakin aku selalu punya cadangan senyum, apapun yang terjadi. Dan kembali terlibat dengan Majalah Nuntius dalam bentuk yang berbeda seperti ini tentu akan memberikan hal yang berbeda sebagai pengalaman dan suatu ketika akan menjadi kenangan yang luar biasa menyanding pengalaman 9 tahun sebagai pemegang Pemimpin Redaksinya.
No comments:
Post a Comment