Thursday, March 05, 2015

SANDAL HELLO KITTY

Merasa selempang pagi-pagi, aku memutuskan berkeliaran saja di dalam rumah. Menyentuh beberapa buku yang masih terserak di kursi, di meja, di lantai, tanpa berniat membacanya. Sebagian masih terbungkus plastik.

Bosan di dalam rumah, aku menengok tanaman-tanaman sekitar rumah. Lama sekali tidak menyapa mereka. Tapi dengan perasaan rumpang seperti ini, susah sekali memberi kegembiraan pada mereka juga susah sekali mengambil kegembiraan dari mereka. Aku hanya menggeser-geser saja pot-pot itu.

Lalu kembali ke dalam rumah. Saat mau menyurukkan kaki ke sandal rumah, aku melihat senyum si Kitty, Hello Kitty sandalku. Tak jadi memakainya, aku menentengnya, mengepitnya di ketiakku, berjinjit ke depan tivi, membuka karpet dan meletakkan sepasang sandal itu di lantai, di ujung dekat karpet.

Nah, kini mereka berdua ada di sebelah laptop, menatapku dengan mata bulat dan senyum merah muda yang ceria. Warna kulitnya krem, dengan motif baju warna ungu dengan detail dan pita warna pink. Hidungnya dan tangannya warna putih. Hehehe... jadi tersenyum melihatnya. Aku tak pernah sadar sandal ini begitu cantik. Sejak kupakai sekitar setahun lalu, ya, mereka selalu setia di kaki kanan dan kiriku jika aku beraktifitas di dalam rumah.

Aku menjengkali panjangnya. Tiga kali telapakku jika kumiringkan. Eh, kalian mau mengatakan sesuatu?
"Tidak ada. Kami kan tidak bisa bicara."
Hehehe... Baiklah. Jadi apa yang akan kalian lakukan?
"Menunggumu menulis tentang kami. Lalu kami akan menikmati kaki-kakimu saat kau sudah tidak mau berbaring lagi."
Hohoho...baiklah. Kalian diam-diam saja dulu. Kalian mau kufoto?
"Tidak. Jangan. Kau sudah lama tidak pernah mencuci kami. Dekil."
Spontan aku mengangkat mereka dengan dua tanganku. Mengamat-amati. Hmmm... tidak dekil. Masih cerah warnanya. Tapi, ya, agak kotor di bagian bawah. Bau karet. Hehehe... Kalian masih cantik.

Hehehe... Dua-duanya tersenyum ceria. Hmmm... rupanya mereka sangat menikmati diperhatikan. Seperti aku. Aku masih merasa rumpang dan selempang, tapi kini aku merasa tidak sendiri. Aku menyematkan sandal-sandal itu di kaki kanan kiriku. Kali ini dengan hati-hati, dan aku mengajak mereka kembali mengitari rumah. Ke dapur mencari-cari yang bisa kumakan, karena tiba-tiba aku merasa lapar.

No comments:

Post a Comment