Lampung dan banyak daerah di Indonesia sedang booming trend batu akik. Sejak awal booming itu, rumahku juga bertebaran batu-batu karena Albert mengumpulkan entah dari mana saja. Yang sudah digosok, yang sudah diemban, atau yang masih bongkahan. Bahkan dia perjual belikan juga.Aku, dan orang lain lain selain Albert menanggapi booming batu akik dengan biasa saja. Tapi toh setiap kali pembicaraan keseharian sampai juga pada batu akik.
Nah, booming ini memang luar biasa terasa. Bukan hanya bapak-bapak saja yang menaruh minat, tapi waktu arisan RT beberapa minggu lalu, beberapa ibu memamerkan batu-batu yang mereka pakai.
"Ini bungur muda dari Tanjungbintang. Bagus kan?" ujar seorang ibu. Ibu yang lain menunjukkan batu merah delima, warna merah dengan motif di dalamnya. Huah, aku ingat aku masih punya dua bongkah kecil batu bungur Kalimantan dan kecubung teh yang masih tercampur kotak Albert. Juga ada gelang batu berhias puluhan batu dari Medan. Atau kalung batu pemberian teman yang sungguh berat kalau dikenakan.
Ketular juga memakai batu akik ketika seorang teman memberikan batu mungil warna putih.
"Ini batu akik anggur. Bagus ini."
Masa sih. Kayak biasa saja. Aku balik-balik batu itu. Warna putih keruh dengan motif garis-garis yang membentuk ranting kaktus.
"Ini bagus, Yuli. Cari embannya. Lihat, ini batu akik anggur motif burung."
Huah, burung dari mana? Aku lihat berulang-ulang tak kutemukan burung itu. Bentuk belalang kayaknya. Hehehe...
"Udah, cari saja ikatnya. Pasti bagus. Aku tak pernah nyimpen batu yang tidak bagus."
Hehehe...ok. Dikasih gratis juga. Jadi aku nelpon Om Paulus. Aku tahu beliaunya ini jual berbagai jenis emban akik. Beliau bilang ada beberapa emban dari titanium untuk cewek. Jadi aku mampir ke tempatnya, minta dipasang sekalian. Dan, wah, memang jadinya keren. Batu itu kelihatan bagus di tanganku. Betul juga. Ini bagus dan indah.
No comments:
Post a Comment