Hanya bermain. |
Baiklah, pertama aku akan akui bahwa aku ini hanya anak. Anak selalu boleh menganggap bahwa apa saja yang disodorkan kepadanya sebagai mainan. Dia boleh memperlakukan dengan seluruh optimalitas tubuhnya, otaknya, hatinya. Saat anak masih bayi, dia punya tangan dan kaki serta mulut yang menarik semua mainan. Semakin anak berumur tangan sudah berkuku, kaki sudah bersepatu, dan mulut ternyata punya lidah dan ludah. Aku tinggal mengoptimalkan memainkan yang sudah disodorkan padaku.
Puncak Merapi dari Kaliadem. |
Ketiga, selalu ada kemerdekaan yang dimiliki anak. Taruhlah mainan, menyusu sebentar lalu terlelap. Atau sebelumnya boleh menangis sekuatnya semampunya, tapi ayunan tidur sudah terpasang. Usai mimpi-mimpi membuai, mainan lama atau baru sudah siap di depan mata.
(Specially thans for Mbakyu Amanda)
No comments:
Post a Comment