Bolehlah bilang aku katrok. Karena memang itulah yang sering terjadi. Banyak banget contohnya. Salah satunya kemarin, Minggu 3 Pebruari 2013, usai ngemsi di salah satu pertemuan aku mampir ke TB. Fajar Agung. Aku sudah janji sama Oky untuk mampir waktu launching buku Merajut Jurnalisme Damai di Lampung. Karena sudah sangat telat aku ambil posisi paling nyaman di belakang. Untung ada Isbedy Setiawan di salah salah satu sudut sehingga aku sempatin menyapa dan ngobrol sejenak.
Lalu ketika kaki sudah pegel (Saat ngemsi juga banyakan berdiri karena usai makan baju atasanku jadi sempit dan gak nyaman lagi dipakai duduk. Dan lagi sesuai suasana yang ingin dibangun, paling enak aku berdiri. Untung aku memakai selendang untuk menutupi perut. Hehehe...), aku cari kursi kosong di bagian belakang. Tidak banyak yang kukenal tapi sempat senyum sana senyum sini menyapa wajah-wajah familier di tempat itu.
Pulang mesti lebih awal karena aku janji makan malam dengan anak-anak dan bapaknya. Jadi aku ngacir duluan setelah pamit sama Oky, salah satu pengundangku. Nah, di sinilah katrokku berawal. (hehehe lebay dikit ya ceritanya.) Oky menitipkan salah satu temannya, yang mengenalkan diri sebagai Sidney. Okey, ayolah aku bonceng, tak ada ruginya.
Di jalan aku tanya Sidney dari mana, ada apa ke Lampung dan sebagainya. Dia bilang orang Amerika yang sudah sekian lama tinggal di Jakarta, dan ke Lampung untuk sebuah riset ke Mesuji. Nah, aku juga ngenalkan diri bla, bla, bla... Turun di depan hotel, perempuan kerempeng itu meminta nomor kontak, siapa tahu suatu ketika bisa ngobrol. Lalu dia memberikan kartu nama yang langsung aku surukkan ke saku tas. Aku tawarkan untuk kontak kapan saja jika berada di Lampung, siapa tahu bisa ngobrol, ngopi atau makan bareng suatu waktu. Dan dia mengucapkan terimakasih dengan janji akan kontak suatu ketika. Dia perempuan yang menyenangkan, pasti bisa menjadi teman yang menyenangkan pula.
Puncak katroknya setelah sampai rumah, aku tunjukkan kartu nama itu ke Den Hendro saat dia protes kok aku lambat sekali sampai di rumah. Dia bilang sangat kenal perempuan yang sudah aku boncengin itu. Are you sure?
"Dia itu sering muncul di media, say. Orang top dia itu."
Ah masa sih. Aku amati kartu nama itu. Sidney Jones, International Crisis Group. Ah, ya. Sedikit familier. Tapi, hehehe...aku sudah melewatkan saat untuk ngobrol dengannya. Karena satu alasan, katrok.
No comments:
Post a Comment