Monday, February 18, 2013

Diare

Dulu, tahun 1996-an, saat aku mengerjakan skripsi S1 di Tekonologi Pertanian Universitas Brawijaya, aku punya penyakit langganan : diare. Uniknya, diare ini aku idap saat pagi hari dimana aku harus kembali dari rumah Kediri untuk menuju Malang, tempat kostku. Kapanpun perjalanan itu akan kulakukan, pagi hari aku sudah diare. Berkali-kali aku harus ke WC. Bukan mustahil saat aku sudah dalam bis, mulas di perut masih berlanjut. Kalau sekarang aku lewat jalan-jalan antara Kediri - Malang, dengan naik Puspa Indah atau Harapan Kita, aku masih bisa mengenali beberapa WC umum atau rumah penduduk yang pernah aku singgahi untuk menuntaskan hajat. Begitu mulas, aku teriak ke sopir bis untuk berhenti, dan tergesa meminjam tempat di rumah-rumah, entah rumah siapapun. Ini benar-benar penyakit kronis dan berlangsung sekitar 1,5 tahun selama aku mengerjakan skripsi. Uniknya lagi, diare itu sama sekali hilang kalau aku sudah ada di kostan, atau sudah ada di rumah dan belum memikirkan untuk kembali ke Malang.
Umumnya diare terjadi karena gangguan dalam tubuh yang tidak bisa memproduksi enzim secara cukup untuk membasmi kuman atau bakteri dalam sistem pencernaan. Bisa karena suhu yang tidak sesuai, makanan yang mengandung racun, tubuh yang sedang melemah, dan sebagainya. Lalu, apa hubungannya skripsi dengan produksi enzim dalam tubuhku? Ini yang aku belum bisa menelaah lebih jauh.
Kemudian aku mengenali gejala-gejala baru dalam tubuhku. Penyebab tubuhku terganggu produksi enzimnya bukan hanya soal skripsi, tapi juga hal-hal lain yang berhubungan dengan 'skrip'. Ah, ini agak aneh. Khususnya akan muncul jika aku tidak bisa menuangkan dengan tepat isi otakku (yang terus terang sering sekali berantakan susunan memorynya) ke dalam rumusan kata-kata yang bisa dipahami oleh orang lain. Jadi ini kaitannya dengan tulisan yang dibaca oleh orang lain. Saat mengerjakan skripsi, kalimat tertulisku tidak dipahami dosen pembimbing, maka aku diare. Nah, kemudian saat mengerjakan tulisan lain, saat kalimat tertulisku tidak dipahami pembaca, maka aku diare. Ini tidak berlaku kalau bahasa lisanku tidak dipahami orang lain. Juga tidak terjadi pada bahasa tulisku yang tidak kuketahui komentar pembacanya.
Kenapa begitu ya? Hehehe... Aku berharap ini hanya salah satu bagian dari ke - lebay - anku. Aku tidak mau menganggap ini sebagai yang memang seharusnya terjadi pada tubuhku. Ahhh....ampun. Aku sedang diare akhir-akhir ini, lebih sering! Lebih serius!

No comments:

Post a Comment