Saturday, November 12, 2011

Mama...

Tadi pagi, baru saja, dalam perjalanan dari sekolah Albert ke kantor, aku jalan pelan santai dengan Mio-ku, setengah melamun. Tak sadar aku mengikuti bebek biru yang berjalan pelan hanya beberapa centi di depanku. Isengku yang kambuh membuatku hanya mengikuti saja, dia ini belok kemana kuikuti. Aku kaget ketika lewat kaca spion motor itu, wajah yang luar biasa sedih tergambar. Apa yang dia alami? Sejurus kemudian wajah itu memerah, menahan sesuatu yang kemudian keluar dengan derai air matanya. Aduh, menangis sambil naik motor. Semakin pelan jalannya, aku masih mengikuti. Jelas kelihatan guncangan badannya bukan karena motor tapi karena tangisan. Bibirnya membuka menutup dengan satu kata yang aku yakini diucapkan oleh perempuan itu.
"Mamaa..."
Usapan tangan kirinya menutup sekilas. Tapi kemudian satu kata itu terulang-ulang diungkap oleh bibirnya dalam isak yang ritmis, khas orang yang menangis.
"Mama, mama, mama..."
Aku tidak berani menyetopnya, untuk menanyakan apa yang terjadi atau apakah bisa menawarkan sebuah pelukan. Atau sekedar mengingatkan bahaya menangis sambil berkendara.
Beberapa pikiran terlintas, mungkin ibunya sedang sakit, atau baru saja meninggal, atau dia diusir oleh ibunya karena suatu hal, atau, ...apa ya?

No comments:

Post a Comment