Wednesday, November 23, 2011

Dangerously Way


Ternyata lalulintas di Indonesia memang sangat mengerikan. Kesadaran-kesadaran memunculkan kenyataan ini. Awalnya aku tidak terlalu serius memikirkannya. Ya, ada kecelakaan ini. Kecelakaan itu. Satu meninggal, beberapa meninggal. Semua luka, parah dan ringan. Ada angka-angka. Juga aku masih belum serius memikirkan walau sering merasa marah dan sedih ketika di jalanan. Tidak serius juga ketika Nadet bilang gak berani naik motor lagi ketika pulang di Indonesia. Sekali-sekalinya naik motor malah membuahkan luka di kakinya. Belum serius juga ketika aku nyungsep bareng Bernard dengan luka panjang di kaki kiri dan tangan kiriku sampai berjalan terpincang-pincang. Masih biasa juga ketika Bang Tigor bicara tentang lalulintas Jakarta. Namun tiga hari terakhir ini aku memikirkan serius hal ini dan memutuskan dengan segala pertimbangan bahwa jalanan/lalulintas di Indonesia adalah cara yang membahayakan bagi semua makluk yang ada di jalur-jalurnya untuk melakukan perjalanan.
Tidak banyak lagi yang ingat apa makna rambu-rambu lalu lintas, bahkan yang paling sederhana seperti lampu merah, kuning, hijau. Apalagi rambu-rambu lain seperti S dicoret, tanda panah dicoret, dll.
Tidak banyak yang tahu cara berkendara yang benar seperti kapan mestinya mengerem, kapan gas, kapan lampu dinyalakan, lampu tanda belok dinyalakan dan sebagainya. Apalagi soal knalpot, asap, suara, warna lampu dll.
Tidak banyak yang ingat bahwa nyawa hanya satu, sehingga berani mati (konyol) menerjang jalan, belok semaunya, merokok sambil menyetir, kirim/buka sms dan teleponan sambil nyetir. Ampun.
Tidak banyak yang tahu bahwa ada fasilitas yang sudah tersedia untuk kenyamanan seperti trotoar untuk pejalan kaki, jembatan penyeberang untuk menyeberang jalan, dll.
Tidak banyak yang santun tahu bahwa jalan bukan hanya punyanya sendiri. Tapi ada pejalan kaki, pengendara sepeda ontel, becak, gerobak, ambulance, dll.
Parahnya, bahkan kebanyakan polisi lalulintas pun tidak merasa punya tanggungjawab untuk mengingatkan pelanggaran-pelanggaran seperti itu karena mereka pun melakukan. Para pemakai seragam lain juga sama saja, kebanyakan tidak mengerti point-point di atas. Malah seringkali itu ditambah dengan hal-hal menjijikkan lain seperti menganggap jalanan sebagai tempat sampah sehingga tisu, plastik, kertas bisa diterbangkan saja di situ. Atau meludah sambil mengendara. Atau...lain-lain. Coba saja lihat di jalan-jalan kota dan pinggiran kota di seluruh Indonesia! Lihatlah juga caramu sendiri berkendara.

No comments:

Post a Comment