Monday, November 07, 2011

Important News

Semalam, pulang dari rapat (rapat begituan ajah, tidak penting, seperti biasanya rapat-rapat itulah), aku sibuk dengan hal tetek bengek rumah. Manasin sayur, ngoprak-oprak Albert supaya bangkit lagi dari kasur karena rupanya dia belum makan, n membereskan apa yang perlu dibereskan. Sampai lupa untuk menyapa kekasihku yang penting di rumah. Bernard! Hehehe, dia sudah beres dengan buku-bukunya, sudah makan, sudah santai...gak banyak bergerak. Jadi gak kelihatan. Hehehe. (Dia ini pasti marah-marah kalau membaca tulisan ini beberapa tahun lagi. Keep smile, Bernard!)
Dia mengendap-ngendap di belakangku, menarik-narik badanku supaya kupingku terjangkau.
"Ayo ikut aku, bu. Ada hal penting yang harus kukatakan."
Wow, hal penting! Menahan wajahku tetap pada posisi serius aku ikuti tarikan tangannya ke pojok kamar. Dia tutupi kupingku kanan kiri dengan tangannya. Bibirnya yang basah menempel di kupingku, agak geli, tapi tentu saja kutahan. Ini kan berita penting jadi aku harus serius.
"Ya, ada apa?"
"Ssst, aku sudah bisa berjalan menapak lagi."
"Oooo...?"
"Sudah bisa jalan biasa lagi."
"Sudah tidak sakit?"
"Masih dikit. Tapi jalanku tidak pincang lagi."
"Oke. Besok pagi pasti sudah tidak sakit lagi."
"Iya harus. Kalau tidak kan tidak bisa pakai sepatu ke sekolah." Masih sambil bisik-bisik.
"Satu sepatu satu sandal."
"Wah, masak satu pakai sepatu satu pakai sandal?" Dia melihat kakinya, lalu meninggalkan aku di pojok kamar pengin senyum. Muka bapake heran melihat apa yang terjadi, cepet-cepet kutempeli bibirku di telinganya.
"Ssst...ada berita penting... Bernard sudah bisa berjalan tidak pincang. Hehehe..."

Mulanya adalah hari Sabtu, bapake dan Albert mengganti keramik kamar mandi berdua. Mereka hebat bisa jadi satu tim untuk membongkar dan memasang keramik-keramik itu. Namun ada satu hal yang tidak bisa mereka lakukan, yaitu memotong keramik. Segala cara dibuat, tapi hasilnya keramik jadi puing-puing. Nah, salah satu pecahan keramik itulah yang mengenai kaki Bernard sehingga dia terpincang-pincang. Anak berani dia, jadi hanya nangis sebentar itupun setelah aku datang dengan wajah kuatir (soalnya darahnya berceceran buanyak sekali). Saat aku biasa saja, dia tenang. Pun saat aku kasih obat, dia hanya bilang geli, karena luka kecil itu di telapak kaki, bagian sensitif dan geli jika dipegang. Begitulah.

No comments:

Post a Comment