Praktisnya, sehari sebelum Rabu Abu pasti ada percakapan dengan seluruh anggota keluarga tentang cara kami akan menjalani puasa dan pantang. Tentu saja kami memakai patokan Gereja, tapi Gereja juga memberi keleluasaan untuk memilih model puasa yang akan kami jalankan.
Tahun ini nyaris sama dengan tahun-tahun lalu, pantang daging kaki empat dan unggas kecuali pemberian. Iyalah, karena kami juga pantang membuang makanan. Kami juga pantang hidup hedonis. Artinya kami akan menikmati mati raga dan lelaku ugahari. Makan kenyang satu kali dalam sehari juga akan diterapkan sekuat mungkin. Jajanan akan dikurangi, pikiran untuk bernikmat-nikmat dihilangkan, lalu mengumpulkan hasil 'penghematan' karena puasa dan pantang sebagai sarana amal.
Aku sendiri terlalu sibuk menjelang Rabu Abu ini sehingga masih berpikir pengin beli ini itu dulu sebelum puasa sebagai persediaan, juga untuk beberapa kebutuhan. Pun ditambah dengan kesempatan libur satu hari yang kuambil saat Rabu Abu sebagai kesempatan untuk kencan berkualitas dengan Bernard. Saat menerima abu di Gereja pun aku terganggu oleh pikiranku sendiri yang terlalu sibuk memikirkan ini itu, belum lagi gerimis menimpa kepalaku karena ndak kebagian kursi di dalam Gereja (Gereja Katolik di kota Bandarlampung tak pernah cukup menampung seluruh umatnya walau sudah dibikin jadwal ibadat beberapa kali dalam sehari. Negara menjamin kami semua punya tempat ibadat yang memadai? Huh.)
Menanggalkan baju kotor, mandi dan menjadi bersih. |
Ambil satu contoh saja dari Bangun Samudra. Misal: Bangun mengatakan Dewan Gereja Indonesia lapor ke Vatikan tentang 'mobil enak' yang disukai seorang pendeta. Lha yo apa hubungannya Dewan Gereja Indonesia dengan Vatikan? Itu lain lembaga, lain agama, lain urusan. Hadeh. Belum lagi kalau mereka menyitir cuplikan-cuplikan Alkitab. Hampir semuanya salah, salah blas blas blas. Lagian apa efeknya sih ngambil cuplikan Alkitab itu bagi mereka? Menguatkan iman mereka kah? Belum lagi kebohongan (pasti bohong) soal tahapan sekolah yang pernah dilaluinya. Hal-hal semacam itu pasti dikatakan oleh orang yang ndak ngerti kalau tahapan menjadi pastur lewat seminari, sekolah tinggi juga tahun pastoral dan sebagainya. Belum lagi soal gaya hidup yang ada di sana. Lha para calon pastur itu dilatih untuk ekstreem dalam penerapan ketaatan, kemurnian dan kemiskinan lho. Dengarkan kisah para mantan seminaris atau para pastur betulan bagaimana mereka harus disiplin ikut aturan dan makan makanan yang sederhana pada masa pendidikan. Hadehhhh...
Huh, sebenarnya aku ndak harus mikir hal-hal kayak gitu sih apalagi ini masuk dalam pra paskah, masa puasa. Tapi kalau banyak yang share video atau tulisan tentang hal itu dan jelas-jelas salah tapi malah dipuji-puji oleh pengikutnya kok ya rasaku jadi sebel banget nget nget nget.
Sekarang masa puasa bagi umat Katolik. 40 hari berpuasa dan berpantang. Tapi tak harus takut atau segan, karena kami melalui masa ini dengan biasa. Eh, jelas akan bertambah jam-jam doa kami misal pada hari Jumat ada Jalan Salib lalu pada hari-hari tertentu ada pertemuan APP (Aksi Puasa Pembangunan). Tapi selebihnya ya biasa saja.
No comments:
Post a Comment