Wednesday, February 19, 2020

Libur Pergantian Tahun 2019 (3): Bertemu Bunda Maria di Pohsarang

Hanya ini foto yang sempat dibuat. Di halaman dekat parkir.
Gua Maria Pohsarang merupakan salah satu tempat di Kediri yang paling sering kami kunjungi. Setiap pulang kampung, rasanya selalu ingin pergi ke tempat ini. Seringnya, inilah yang kami lakukan: datang dengan gembira, jalan pelan-pelan mulai dari tempat parkir, komentar ini itu pada para penjual yang banyak di sana (tidak beli apa pun, hehehe), mengelus saja kepala anak-anak penjual lilin, lalu berdoa singkat di  depan Bunda Maria yang berkain berkonde di samping gereja. Usai itu lanjut jalan pelan ke arah Gua Maria yang besar, mencuci kaki tangan dan muka serta minum sedikit airnya, lalu duduk-duduk ngadu di depan Bunda Maria yang besar di atas. Letak Bunda Maria di gua yang besar ini tidak tepat menurutku, membuatku mendongak, terasa jauhhhhh.... Jadi aku tetap suka di dekat Bunda Maria yang kecil sederhana dan bisa disentuh. Selebihnya, biasanya kami duduk-duduk saja depan gua, diem-diem beberapa saat di situ, tidak melakukan apa-apa.

Begitu pun hari itu, setelah mengunjungi Selomangleng, lalu duduk di Gua Maria membuatku merasa tenangggg.... Seperti inilah 'rumah', entah di mana pun itu. Hanya duduk, mendengarkan suara beririk dari para pengunjung namun tak cukup konsentrasi untuk menangkap mereka bicara apa. Sesekali ada burung tertentu yang melintas dengan suaranya. Daun-daun yang tak punya mulut pun bisa menguarkan suaranya yang syahdu, kadang bergemuruh.

Wajah Bunda Maria menatap jauh. Bagusnya, Bunda Maria besar ini memiliki paras yang sangat keibuan, berahang bulat kukuh seperti menggambarkan ketabahan, mirip dengan wajah-wajah para ibu di Pedesaan Pohsarang yang sejak awal sudah biasa bekerja keras di antara bebatuan. Dan seperti itulah memang seorang ibu. Bekerja dengan kaki tangan hati dan pikirannya, dengan suara yang kadang lembut kadang keras kadang tak muncul. Badan otomatis tidak langsing kurus seperti para model, tapi berisi, berotot, tentu saja dengan lemak di bagian-bagian tertentu menandakan kesuburan.

Nah, mengunjungi Pohsarang dengan cara itu membuatku tenang. Tak usah buru-buru, pun tidak memaksakan diri untuk berdoa sepanjang Jalan Salib atau hal-hal lain yang direkayasa. Tenangggg...

Bunda Maria, doakanlah kami anak-anakmu yang masih berziarah di dunia ini dalam suka dan duka.

No comments:

Post a Comment