Hanya ini foto yang sempat dibuat. Di halaman dekat parkir. |
Begitu pun hari itu, setelah mengunjungi Selomangleng, lalu duduk di Gua Maria membuatku merasa tenangggg.... Seperti inilah 'rumah', entah di mana pun itu. Hanya duduk, mendengarkan suara beririk dari para pengunjung namun tak cukup konsentrasi untuk menangkap mereka bicara apa. Sesekali ada burung tertentu yang melintas dengan suaranya. Daun-daun yang tak punya mulut pun bisa menguarkan suaranya yang syahdu, kadang bergemuruh.
Wajah Bunda Maria menatap jauh. Bagusnya, Bunda Maria besar ini memiliki paras yang sangat keibuan, berahang bulat kukuh seperti menggambarkan ketabahan, mirip dengan wajah-wajah para ibu di Pedesaan Pohsarang yang sejak awal sudah biasa bekerja keras di antara bebatuan. Dan seperti itulah memang seorang ibu. Bekerja dengan kaki tangan hati dan pikirannya, dengan suara yang kadang lembut kadang keras kadang tak muncul. Badan otomatis tidak langsing kurus seperti para model, tapi berisi, berotot, tentu saja dengan lemak di bagian-bagian tertentu menandakan kesuburan.
Nah, mengunjungi Pohsarang dengan cara itu membuatku tenang. Tak usah buru-buru, pun tidak memaksakan diri untuk berdoa sepanjang Jalan Salib atau hal-hal lain yang direkayasa. Tenangggg...
Bunda Maria, doakanlah kami anak-anakmu yang masih berziarah di dunia ini dalam suka dan duka.
No comments:
Post a Comment