Saturday, April 28, 2018

Perjalanan Tanjungpinang-Batam (1): Langsung Menyeberang ke Tanjungpinang

Tanggal 28 April 2018, hari Sabtu, aku dan Mas Hen berangkat pakai Garuda dari Radin Inten II menuju Hang Nadim. Berangkat dengan beberapa hal yang ndak pasti, tapi aku dan Mas Hen gembira saja membayangkan perjalanan ini. Misalnya, siapa nanti yang akan njemput di Batu Besar, Batam? Hmmm... pertanyaan itu terjawab ketika kami sampai di Bandara. Sebuah keluarga yang baik hati akan menjemput kami di Bandara Hang Nadim lalu mengantarkan kami ke Pelabuhan Telaga Punggur untuk menyeberang ke Tanjungpinang. Kenyataannya, kami dapat bonus! Traktiran makan siang oleh keluarga baik hati itu. Wah.

Sembari makan, sekitar pukul 14.00 aku kontak Yuanda Isha, perempuan yang menulis buku Seribu Satu Puisi, dimana ada coretan sketsaku, bahwa bentar lagi akan otw pelabuhan. "Siap, mbak. Nanti kami jemput di pelabuhan."

Kami menggunakan kapal cepat Oceana dari PT. Pernas Baruna Jaya, seharga 65 ribu rupiah. Kapal yang nyaman, dan cepat. Sekitar 45 menit kemudian aku sudah sampai di Pelabuhan Tanjungpinang. Suasana yang berbeda dengan Batam walau hanya berjarak 45 menit. Begitu keluar pelabuhan, dari jauh tampak 'sosok' Yuanda melambai-lambai. Astaga, kurus amat perempuan ini. Yah, ini pertama kali aku berjumpa dengan penulis ini, dan tidak menyangka sama sekali kalau dia sekurus itu.

Bang Ulu sudah menunggu di mobil siap menemani kami. "Kita mencari penginapan dulu, atau ngopi dulu. Kita santai saja." Ya, kami ikut saja rencana mereka. Mencari penginapan pada hari Sabtu di Tanjungpinang bukan hal yang mudah. Rata-rata full booked, sampai kemudian kami mendapatkan Kaputra Hotel, di tengah kota. Ngopi di pinggir pantai jangan terlewatkan. Plus bakwan goreng dengan udang segar di tengahnya. Dan rupanya, bang Ulu suami Yuanda ini sudah memikirkan akan meminjami kami motor Nmax mereka yang baru. Huhuhu... Jadilah. Saat magrip, mereka balik, aku dan mas Hen pun merancang perjalanan malam di Tanjungpinang. Yuan dan suaminya meyakinkan kami bahwa Tanjungpinang aman untuk dijelajahi.

Malam itu kami menikmati ikan bakar di Taman Tepi Laut, dekat dengan Gedung Gonggong, Taman Laman Boenda. Juga satenya yang josss.... Tempatnya tak jauh dari pelabuhan, dan menjadi tempat ngumpul orang Tanjungpinang. Apalagi pas Malam Minggu.

Kenyang, kami lanjut berputar-putar kota. Asli, berputar-putar, karena kami rupanya kembali lagi di jalan yang itu, lalu ke situ lagi... Hehehe... terpaksa buka GPS. Nah, lalu kami ke Jembatan Dompak, jembatan yang menghubungkan Tanjungpinang ke pusat pemerintahan Propinsi Kepulauan Riau. Tempat nongkrong juga. Banyak orang duduk-duduk di jembatan ini dan menikmati malam.

Hampir tengah malam, capek muter-muter kami balik ke Kaputra Hotel, membeli dulu mi goreng samping hotel, dan menikmati kamar kami yang nyaman setelah mandi bersih dan nyikat mi goreng yang rupanya sangat enakkkk.... wah.

No comments:

Post a Comment