Wednesday, April 04, 2018

Residensi Penulis yang Gagal (2): Benar-benar Pulau Dewata.


13 Maret 2018

Pesawatku akan terbang jam 07.25, Garuda dari Bandara Raden Intan, Bandarlampung menuju Jakarta. Transit sekitar 1 jam lalu lanjut Denpasar pada 09.25. Aku akan tiba di Bali pada 12.25 waktu setempat. 

Pagi-pagi bangun pukul 04.30, yang kubayangkan adalah masak bobor sawi putih, membuat dadar jagung dan menggoreng tahu. Tapi tak terlaksana. Huhuhu. Di ranselku sudah ada baju 5 stel, baju tipis dan pendek, tanpa celana panjang. Semua hanya celana pendek. Buku-buku yang kubawa sudah terselip, salah satunya Kampung Tomonya GB. Kamera kecil, HP dan dompet.

Pukul 6 baru bisa berangkat. Ini terlalu mepet tapi aku tidak terlal kuatir, aku sudah check in online, hanya perlu drop bagasi lalu mendapatkan boarding pass untuk masuk pesawat. Dan untungnya aku tak perlu menunggu terlalu lama di bandara. Sebelum berangkat Mas Hendro mengingatkan sandal jepit yang kupakai.

"Aku akan memakai ini sepanjang waktu."
Hmmm, Mas Hen sempat memandang tak percaya melihat kaki di atas sandal jepit warna biru yang sudah tipis dengan warna buluk. Tapi dia tidak koment lagi. Mungkin dia membayangkan aku satu-satunya penumpang Garuda yang katrok ndesit tak bisa dipandang. Huhuhu.

Pesawat hampir tepat waktu, hanya terlambat sekitar 3 – 4 menit. Cuaca tidak terlalu bagus tapi penerbangan yang bagus walau mengalami guncangan beberapa kali karena mendung. Apalagi saat hampir sampai di cengkareng. Awan cukup tebal dan gelap. Guncangan cukup kuat tapi mendarat dengan mulus di soetta.
Perjalanan ke Denpasar lebih kuat lagi guncangane. Pilot bilang: "Kita akan melewati cuaca yang sangat buruk. Silakan kembali ke tempat duduk dan kenakan sabuk pengaman." Huhuhu… segitunya ya dia harus kasih pengumuman. Asem ki. Maka doa Bapa Kami dan Salam Maria berluncuran dari hatiku. Tuhan, ke dalam tanganMu kuserahkan jiwaku. Lalu berderet niat supaya menjadi orang yang lebih baik. Akan baik sama siapa saja. Akan ramah pada siapa pun. Akan memperbaiki niat-niat jahat dll. Dll. Huhuhu…

Kami mendarat di Ngurah Rai dengan bantingan di aspal landasan terbang. Kuat banget hoi. Kukira pilotnya terlalu buru-buru sehingga begitu efeknya ke proses landing. Hehehe…
Begitu pesawat berhenti, aku membuka hp. Ini nyalahin pengumuman mereka sih. Diumumkan dengan jelas: penumpang belum boleh mengaktifkan hp sampai tiba di gedung kedatangan.

Begitu kubuka ada pesan dari partnerku selama residensi di Bali: "Penerbanganku dibatalkan. Jadi malam ini masih tidur di Sumba. Telpon begitu mendarat ya."
Walah. Piye to.

Aku telpon sambil menunggu bagasi. Ya, apa boleh buat. Hari pertama di Bali akan kulalui sendiri. Taksi kuperoleh dengan kesepakatan ongkos 600 ribu untuk menuju Vila Wawa Wewe II di Karangasem, Amed. Bali Timur. Sekitar 3 jam perjalanan dari bandara. Cukup jauh juga. Sembari berjalan ke tempat parkir bandara, aku sempatin beli nasi campur. Weh, hanya 6000 sebungkus. Plus air minum. Aku yakin pasti akan kelaparan di jalan walau di pesawat sudah dijamu oleh Garuda dengan nasi ayam.

Sampai di Wawa Wewe, hoaa… aku suka tempat ini. Terpencil. Sepi. Terlalu mewah bagiku tapi aku janji akan menikmatinya. Aku akan sangat menikmatinya.
Aku memulai menikmatinya dengan memesan mi rebus ayam sayuran. Ini menu yang cocok untuk makan sore. Angin terasa dingin. Mungkin akan hujan lebat nanti malam. Usai makan aku sempatin jalan ke pantai, hanya dengan menuruni beberapa anak tangga aku sudah sampai ke pantai. Pantai milikku sendiri karena tak ada orang lain di pantai itu. Duduk di sana tanpa matahari. Yalah, ini sisi timur, menghadap ke timur, matahari sudah jauh di barat sana. Di sisi lain pulau Dewata.
Malam ini aku tak punya keinginan untuk melakukan apa pun. Aku telpon ke sopir memastikan partnerku dijemput oleh Kadek, sopir taksiku tadi, di bandara lalu kami akan jalan ke suatu tempat tanggal 14 Maret itu sampai malam. Lalu aku telpon ke Bernard dir rumah untuk memastikan dia baik-baik saja. Juga mengabarkan kalau aku baik-baik saja.
Setelah itu mengetik sebentar beberapa hal. Sebelum akhirnya tidur. Tidur yang sangat awal. Masih pukul 19.30. alias masih jam 6.30 kalau aku di lampung. Wah. Sangat mewah rupanya liburan yang kudapatkan ini.

No comments:

Post a Comment