Thursday, October 24, 2019

Perjalanan Belitung Asam Pahit Manis (4): Penerbangan Pulang yang Menjengkelkan

Dari Lampung, aku pergi bertiga dengan Sr. Valent dan Sr. Adel. Perjalanan ini sudah kami siapkan sejak beberapa minggu yang lalu dan memilih jadwal penerbangan yang tepat sesuai dengan jadwal acara kami di Tanjungpandan. Berangkatnya memilih Lion karena memang itulah yang bisa membawa kami dari Lampung ke Tanjungpandan paling pagi, dengan waktu transit di Soetta yang tak terlalu lama. Pulangnya kami memakai NAM siang hari dengan pertimbangan masih bisa mengikuti penutupan pada pagi, 11 Oktober 2019.


Nah, nah, penerbangan berangkatnya sangat okey, tepat waktu, cuaca yang bagus sehingga semua mulus sampai dijemput oleh panitia di Bandara HAS Hanandjoeddin Tanjungpandan. Yang mengecewakan itu saat pulangnya.

Sore hari pertama kami di Tanjungpandan, SMS masuk memberitahukan kalau penerbangan kami ke Lampung tiga kemudian diundur menjadi sore hari pukul 17.40. Hmmm.... okey. Tak terlalu masalah. Berarti masih ada waktu juga setelah penutupan acara untuk jalan-jalan.

Masalah muncul ketika sehari sebelum jadwal itu, Aling Tour yang membantu kami mencoba kontak NAM/Sriwijaya. Mereka mengatakan kalau kami mengikuti penerbangan sore itu dari Tanjungpandan, kami hanya akan sampai Jakarta. Sedangkan ke Lampungnya tak ada penerbangan connectingnya. Lha, lha, terus piye?

"Harus direfund lalu beli tiket baru." Itu penjelasannya.

Lha bagaimana? Kan kami beli tiket itu connect ke Lampung. Pilihannya hanya refund atau ikut penerbangan keesokan harinya. Jadi kami harus nginep di Jakarta. Lhaaaa.... itu ndak mungkin. Tanggal 12 Okt aku sudah ada janji kerja di Lampung. Maka gupeklah kami dibantu Aling.

Tawarannya cuma satu: "Memakai penerbangan pagi. Berangkat dari Hotel jam 06.00. Tidak bisa ikut penutupan acara." Itulah yang kami pilih dengan tidak rela. Tapi ya gimana lagi...

Di hari H kepulangan, sesuatu yang tak menyenangkan terjadi di Bandara. Antrian panjang, yang ternyata karena semua pelayanan maskapai Sriwijaya dan NAM harus dilakukan secara manual. Semua dokumen penerbangan ditulis tangan, dan itu butuh waktu laammmmaaaaa....

Boarding pass. Tulisan tangan di sesobek kertas.

Bukti bagasi. 
Gitu pun untungnya huh sialnya penerbangan masih delay. Bahkan peserta lain yang ikut penutupan yang datang belakangan malah terbang duluan menuju Padang. Kami masih nunggu di situ dengan sabarrrr...

Setiba di Jakarta, urusan manual itu masih berlangsung. Alasan mereka: "Sistem error." Dan itu membuat error semua hal. Boarding pass pun ditulis tangan. Aku sempetin memastikan bagasi kami karena firasatku udah ndak enak soal bagasi ini sejak di Tanjungpandan. Mereka mencoba kontak kru yang urusan bagasi di Soetta, aku menunggu sabar di depan loket cek in. Lamaaaa kemudian mereka bilang tak bisa mengontak kru yang bersangkutan jadi mereka mencatat nomor bagasi kami dan memastikan bagasi kami akan sampai Lampung.

Kekacauan terjadi di dalam pesawat (setelah delay lebih dari 2 jam). Banyak penumpang punya nomor ganda sehingga celetukan2 muncul. "Berdiri juga boleh." atau "Pangkuan aja apa ya." Huuuu... Akhirnya terbang dengan aman.

Di Bandara Branti aku lega ketika ranselku sampai dengan selamat, juga dua dus milik suster dan satu koper lagi. Yang kurang satu koper milik sr. Valent. Sampai semua sepi tuh koper ndak nongol juga. Jadilah kami ke tempat komplain bagasi, yang sudah ribut dengan satu ibu yang kehilangan bagasi juga. Oalahhhh...

Hasil penelusuran mereka, koper tertinggal di Jakarta, sedang bagasi si ibu itu nyasar ke Pangkalpinang. Oalahhhh aseemmm, pahiiitttt.....

No comments:

Post a Comment