Kabar mengagetkan kuterima kemarin sore, Selasa 12 Februari 2019. "Kyai Miming meninggal."
Apa? Kenapa? Bagaimana? Kata tanya itu terputus tanpa kalimat, hanya serupa teriakan. Orang-orang di sekitarku (aku sedang dalam pertemuan dengan beberapa orang) melihatku ikut kaget. Aku segera berdiri, menajamkan pendengaran menangkap berita duka itu.
Kyai Miming, atau M. Zamiel el-Muttaqin adalah salah satu pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-guluk, di Sumenep sana. Aku berjumpa pertama kali dalam diskusi buku Daun-daun Hitam di Sumenep, bersama sekelompok anak muda Madura. Kyai Miming, aku memanggilnya begitu, menjadi pembahas cerpen-cerpenku dalam diskusi itu, Jumat 5 September 2014. Walau sebenarnya dalam diskusi itu dia tak membahas, tapi menanyakan beberapa hal, mengungkapkan sedikit apresiasi dan selebihnya mempertanyanya. Masih muda, dan melihat wajahnya saja orang bisa merasa ayem berada di sekitarnya.
Catatan singkat tentang pertemuan tersebut tak mewakili seluruh suasana saat pertemuan pertama itu. Aku bahkan tak sempat ngobrol banyak dengannya, kecuali sapaan-sapaan lumrah disertai permintaanku untuk suatu ketika nanti datang ke Guluk-guluk.
Perjumpaan kedua di sebuah kampus di Sumenep pada 25 Oktober 2015 saat aku diundang Fendi Kachonk untuk diskusi bukunya. Pada kesempatan ini aku sempat berbincang sebentar sebelum acara dengan Kyai Miming di teras kampus. Disertai undangan untuk datang ke Guluk-guluk. Aku ingat menjawabnya dengan yakin:"Suatu ketika, kyai. Aku ingin menginap di Guluk-guluk dan merasakan mondok di sana."
Kesempatan terakhir aku ke Sumenep tahun lalu, sayang sungguh di sayang tubuhku sedang tidak terlalu ok sehingga aku tidak berkunjung ke para sahabat di di sana bahkan aku sama sekali tak menyapa sekadar SMS atau telpon ke Kyai Miming.
Kyai muda itu kini telah berpulang. Kami pernah dalam satu buku puisi Titik Temu, pernah bertukar senyuman dan aku masih menyimpan keinginan untuk mondok di Annuqayah.
"Kyai, selamat jalan. Terimakasih banyak atas beberapa kali pengalaman perjumpaan dan sapaan. Dari Lampung aku ikut dalam doa bersama orang-orang yang mengasihimu."
No comments:
Post a Comment