Sumber: Google |
Huuuu, rasanya galau jauh lebih galau ketika hal itu terjadi saat sudah punya anak-anak. Kadang aku berpikir sangat wajar ada orang-orang nekat nyolong ayam demi anak-anak mereka dapat makan. Tapi, aku tak akan pernah mentolerir diriku sendiri melakukan hal itu. Sekrisis apa pun kondisinya aku tak boleh melakukan hal-hal yang merugikan orang lain.
Bagaimana aku bisa tertolong dalam kondisi seperti itu? Syukurlah, aku sangat yakin bahwa diriku selalu ditolong saat mengalami kesulitan macam itu.
1. Koperasi. Aku menjadi anggota Kopdit Mekar Sai sejak tahun 2000an. Jika situasi terdesak, aku akan kesana dan pinjam. Jika tidak memungkinkan, aku akan mengambil simpanan. Ini koperasi simpan pinjam, jadi aku melakukan semua yang diharuskan: menyimpan dan meminjam. Untuk situasi darurat, inilah penolong utama.
2. Pegadaian. Selain koperasi, yang sering aku tubruk adalah pegadaian. Semua benda perhiasan emasku pernah 'sekolah' di pegadaian. Dengan urusan yang mudah, aku termasuk pelanggan utama. Tentu aku harus melakukannya dengan perhitungan matang: 1, aku mesti mampu memperkirakan bahwa 4 bulan setelah menggadaikan sesuatu aku harus bisa menebusnya; 2, aku imbangi dengan simpanan yaitu dengan sesekali membeli logam mulia ukuran kecil semampuku sebagai bentuk tabungan.
3. Bank. Ya, ini lembaga keuangan yang kulibati karena memang kartu ATM masih mudah digunakan sebagai setoran gaji dari suamiku atau jika ada bantuan-bantuan transfer dari sahabat atau kerabatku. Hehehe... Tapi untuk simpanan dan tabungan aku tak lagi menggunakan bank secara serius.
4. Celengan. Nah, ini yang barusan menolongku dalam krisis bulan Februari. Celengan ini bentuknya ada beberapa. Di kantorku ada gelas yang sering kulempari recehan kembalian kalau usai belanja. Entah 1000an, 500an, 200an bahkan 100an rupiah, kumasukkan ke gelas ini. Gelas serupa kuletakkan juga di dapur. Biasanya digunakan juga untuk Wawak jika butuh belanja barang-barang kecil seperti sabun, pengharum baju, blawu, dan lain-lain. Ada lagi celengan kuning yang sudah ada sejak anak-anakku lahir. Celengan kuning ini tak pernah kubuka karena memang untuk simpanan harta karun. Kali-kali suatu jaman nanti uang logam di situ harganya sudah semilyar sekepingnya. Hehehe... Lalu ada 4 kotak dengan nama Hendro, Yuli, Albert dan Bernard. Ini dulunya kotak keinginan yang dibuka setahun sekali untuk tambah uang saku piknik. Tapi kayak kemarin, kotak ini jadi harta karun berharga yang membuatku tak terlalu pusing ketika Bernard minta lauk ayam geprek. Hehehe... Saat dibuka isinya uang logam recehan, tapi saat dihitung ada hampir 100 ribu lho. Beli ayam 1 yang kecil hanya 27 ribu, nah, masih cukup untuk bertahan sehari ini.
5. Uang yang terlupa. Hehehe... ini sih seperti rejeki nomplok ketika nemuin selembar dua lembar warna merah atau biru terselip di antara buku. Mungkin dulunya hanya untuk naruh sementara sebagai pembatas buku lalu terlupakan. Saat ditemukan, uang-uang ini seperti jatuh dari langit. Sudah benar-benar lupa bagaimana ada di sana. Dan benar-benar sangat berguna.
Nah, pengin juga punya harta karun? Yukkk... mulailah buat harta karunmu sendiri.
No comments:
Post a Comment