Bulan ini, tepatnya tanggal 6 Februari 2019, saya diundang rapat Komisi Keadilan Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau (KKPPMP) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di Cikini, Jakarta Pusat. Kali ini bukan hanya untuk ikut rapat tapi untuk acara pisah sambut anggota badan pengurus komisi tersebut. Periode kepengurusan untuk tahun 2015-2018 sudah berakhir berdasarkan surat tertanggal 28 Januari 2019. Dengan demikian, aku sudah menyelesaikan 3 periode sebagai bagian dari kepengurusan KKPPMP KWI sejak aku diminta masuk dalam komisi ini tahun 2019 akhir, saat Mgr. Mandagi sebagai ketua komisi dan Rm. Dany sebagai sekretaris eksekutifnya. Lamaaa, 9 tahun yang sangat berharga dengan pergantian ketua dan sekretaris eksekutif sebanyak 3 kali. Setelah Mgr. Mandagi, yang menjadi ketua berikutnya adalah Mgr. Agus dengan sekretaris Rm. Koko, dan kemudian sekarang yang yang menjadi ketua Mgr. Domi dengan sekretaris Rm. Eko.
Apa saja yang aku dapatkan selama 9 tahun ini? Hmmm, agak susah menyebut segala hal karena sangat banyak yang kudapatkan. Beberapa point akan kucatat sebagai berikut:
1. Jaringan kerja untuk KKPPMP se Indonesia. Ini sangat berguna karena aku bekerja dalam bidang tersebut di Keuskupan Tanjungkarang yang sehari-hari kugeluti yang menjadi pekerjaan utamaku.
2. Kapasitas diri yang terasah oleh tugas-tugas yang kukerjakan khususnya untuk human trafficking dan kekerasan. Tiga SK yang kuterima untuk tiga periode kepengurusan ini awalnya menempatkan aku di bidang human trafficking dan pada dua SK berikutnya untuk GATK, Gerakan Aktif Tanpa Kekerasan.
3. Kesempatan untuk belajar dan bekerja melintas batas. Batas yang sudah kutarik lebih luas sangat banyak. Itu rahmat luar biasa yang kuperoleh.
4. Jalan-jalan donggg... Ini bonus yang kudapat ketika menerima tugas-tugas dari KWI. Bahkan aku bisa jalan-jalan ke beberapa tempat, luar negara, dengan biaya yang sangat minim karena seringnya panitialah yang menanggung perjalananku.
Apa saja yang seharusnya kulakukan di komisi itu tapi belum kulakukan sampai akhir periode? Hmmmm, ya banyak juga. Aku masih sering kali menahan diri tidak bicara tentang beberapa hal yang menurutku merupakan prinsip dalam kerja justice and peace. Aku masih memegang kesantunan, tahu diri, paham diri, siapalah aku ini sehingga tak semua secara bebas bisa kukatakan. Ketidakadilan di Indonesia itu sangat banyak, harusnya KWI bisa punya peran yang lebih kalau aku cukup kuat mampu menanggung resiko-resiko.
Nah, setelah 9 tahun berada di dalamnya, aku sangat berterimakasih pada kesempatan yang diberikan oleh Keuskupan Tanjungkarang sehingga aku dapat terlibat di KWI. Dulu bahasanya Mgr. Henri: Kau diminta untuk membantu KWI. Lalu bahasanya Mgr. Darso: Kau itu sumbangan keuskupan untuk KWI. Aku berharap Keuskupan Tanjungkarang mengambil manfaat karena keterlibatanku di KWI ini. Terimakasih juga untuk semua yang pernah menjadi rekan kerja, juga menjadi teman-teman jaringan untuk kerja KKPPMP. Aku masih di bidang ini untuk Keuskupan Tanjungkarang. Jadi berakhirnya kepengurusan di KWI tidak akan menghentikan apa pun.
Saat ini aku masih menjadi Badan Pengurus untuk Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan (SGPP) KWI sampai dua tahun lagi. KWI masih menjadi ladang karya dan sekolah bagiku. Belum benar-benar lulus. Hehehe....
No comments:
Post a Comment