Sunday, September 14, 2014

Melayang di atas Daun-daun Hitam

Ini adalah cerita bagaimana sebuah buku bisa mencari pemenuhannya sendiri. Aku menganggapnya sebuah sebagai tahap lanjut usai meluncurkan sebuah buku. Daun-daun Hitam, kumpulan cerpen Yuli Nugrahani dan sketsa Dana E. Rachmat, membawaku sebagai penulisnya melakukan perjalanan-perjalanan tak terbayangkan sebelumnya. Satu etape sudah terlaksana bersama Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Tangerang Selatan pada bulan Agustus. Lalu awal September ini, aku terbawa buku ini pada banyak komunitas di beberapa kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah. (Secara khusus aku mesti berterimakasih pada Pernas KKP-PMP KWI, Jogja 8 - 12 September yang memungkinkan aku melakukan perjalanan ini. Tanpa event ini mokal bagiku untuk mendapatkan pintu-pintu ini.)

1. 4 - 5 September yang padat.
Bersama pengasuh Komunitas Kampoeng Jerami, aku dibawa pada persahabatan asyik. Membaca puisi dan cerpen di Asta Tinggi, lanjut diskusi hangat di Taman Bunga, Sumenep, hingga dini hari. Lalu paginya bersama Laksamuda hingga Jumatan, memutari Keraton Sumenep sebagai selingan, dan berlanjut ke Pondok Pesantren Kak Ali yang keren. Malam ditutup bersama mahasiswa KKN di Lenteng Sumenep sebelum perjalanan limbung ke Bungurasih.


2. 7 September yang hangat.
Ya, tentu saja hangat. Siang jam 2 bertemu beberapa sahabat lama di Kafe Tjangkir 13 plus sahabat-sahabat baru di Malang. Bicara tentang buku, siapa yang bisa menolaknya? Gara-gara Aji Prasetyo, seorang komikus dan pemilik kafe ini, kami semua tergiring memperbincangkan orang gila. Terus begitu sampai jam 5 sore. Aih, kami ini rupanya orang gila yang keren. Hehehe...


Lalu malam, masih di tanggal ini, ternyata urusannya dengan sahabat lama dan baru juga dalam pertemuan ke 40 Komunitas Pelangi Sastra Malang di Warung Kelir. Super keren. Aku, eh Daun-daun Hitam, mendapat kesempatan semacam itu. Bersama seorang komikus Aji Prasetyo, seorang penulis cerpen yang dosen Fak. Ilmu Budaya Universitas Brawijaya, Yusri Fajar. Dan juga si keren owner Warung Kelir yang menawarkan warungnya bagi kegiatan-kegiatan seperti ini, Bachtiar, si teman lama.

 3. 12 September yang asyik.
Sebenarnya juga masih soal sahabat-sahabat. Kali ini warung di lantai 3 Mirota Malioboro yang kebagian kehangatannya. Aku begitu tersanjung. Apalagi yang lebih menyenangkan daripada ngobrol, nge-mob, bersama para sahabat dalam bungkus Daun-daun Hitam? Finish, Nugroho dan Emil, Rinda, Kiram dan temannya. Itu asyik banget.

Hmmm, aku menuliskannya sebagai pengingat. Suatu waktu aku akan menulis detail dari setiap pertemuan ini, karena aku tak mau melupakan barang sejengkal pun. Terimakasih, teman-teman. Terimakasih sudah memberi kesempatan pada Daun-daun Hitam untuk melayang di pintu persahabatan kalian. Salam.

No comments:

Post a Comment