Dalam beberapa waktu belakangan ini aku berpikir betapa aku ini seorang pecundang. Tak berani bersikap tentang banyak hal, dan membiarkan segalanya berjalan begitu saja asal aman. Nah, aku akan memulai rubrik baru dalam blog ini untuk berlatih menumbuhkan keberanian menunjukkan sikap-sikap atau pandangan-pandangan yang kupunya. Karena memang ini butuh latihan yang kuat, aku akan memakai pertanyaan-pertanyaan yang kemudian kujawab sepanjang atau selebar yang kupikirkan. Rubrik ini memakai judul : Jawaban Yuli Nugrahani.
Apa saja yang akan aku jawab? Apa pun pertanyaannya. Aku akan memulai dengan hal paling panas dalam tahun ini, yaitu calon presiden. Cekidot.
Dua pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk periode selanjutnya sudah ditetapkan tahun lalu yaitu nomor urut 1 Joko Widodo dan Ma'ruf Amin, nomor urut 2 Prabowo Subiyanto dan Sandiaga Uno. Dari dua pasangan yang ada ini aku cenderung memilih nomor 1. Hampir bisa kupastikan dalam pemilihan nanti aku akan memilih Jokowi dan Ma'ruf.
Hmmm sebenere untuk pertanyaan seserius ini aku ingin juga menjawab dengan serius disertai analisa macam para pengamat politik, tapi apa daya, sulit sekali bagiku melakukan hal seperti itu tapi aku akan coba mengemukakan secara sederhana seturut keterbatasan pikiranku tentang alasan-alasan mengapa ini menjadi kecenderunganku:
1. Aku selalu berpikir tentang keunggulan-keunggulan dari masing-masing calon. Kalau aku mengamati dari kinerja mereka, tentu hal itu tidak sebanding. Jokowi sudah melakukan hampir 5 tahun jadi presiden RI dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya. Sedangkan Prabowo belum ada pengalaman itu. Maka lebih baik aku melihat keunggulan dari calon-calon ini tidak berdasarkan kinerja mereka. Seturut pengalaman toh ya nantinya akan sama saja soal kinerja ini. Lihat saja bagaimana Sukarno, Suharto, Habibi, Gus Dur, Megawati, SBY dan Jokowi ketika ada di posisi itu, ya begitulah mereka akan berlaku. Tetep punya sisi baik dan sisi buruk yang memberikan ruang untuk diapresiasi ataupun dikritisi. Maka aku berpikir soal keunggulan itu dari yang pernah kulihat di media yaitu tentang penampilan, keluarga, cara berbicara, cara bertingkah laku, cara menanggapi masalah dan cara mengambil keputusan-keputusan. Jokowi unggul dalam hal ini secara mutlak. Aku bisa begitu saja suka melihat penampilannya (saat mengenakan sarung, menonton konser musik, mengendarai motor dst). Istri dan anak-anaknya bisa tampil secara apa adanya walau aku tahu mereka mengalami perlakuan istimewa dikelilingi ajudan-ajudan yang kelihatan maupun tidak kelihatan. Untuk Prabowo susah kutemui hal-hal macam itu. Aku masih selalu bertanya-tanya: Apa sebenarnya keunggulan Prabowo?
2. Sejarah. Hmmm... orang model aku ngomong soal sejarah tuh tak mudah karena aku bukan pencatat sejarah yang baik. Hanya saja aku selalu melihat pengalaman Jokowi yang berjalan langkah demi langkah untuk memimpin warga sipil mulai dari Solo, Jakarta lalu Indonesia. Dia cukup populer sehingga hal itu bisa ditelusuri. Prabowo punya pengalaman memimpin warga militer dengan akhir karier yang tak simpatik. Dia cukup populer tentang itu sehingga mudah juga ditelusuri dan tak bisa kulupakan. Secara hati aku lebih bisa menerima Jokowi daripada Prabowo.
3. Berpihakkah dua calon ini pada orang miskin? Pedulikah mereka pada orang miskin dan lemah? Pada bagian mana hal itu dilakukan oleh keduanya? Hmmm... hmmm.... aku mulai kesulitan menulis lanjutan dari artikel penting ini. Ukuran-ukuran sangat banyak dan semuanya bisa dikenakan pada keduanya. Aku tak bisa menemukan bukti yang senyatanya karena aku belum pernah ketemu langsung dengan keduanya. Bagiku pertanyaan ini sangat penting untuk terjawab dalam rangka memilih yang mana yang paling tepat dari keduanya. Kalau aku hanya memakai ukuran gestur tubuh mereka yang paling pas di hatiku ya Jokowi. Tentu saja ini sangat subyektif, tapi ya apa boleh buat. Ingat, aku pun sudah ambil pilihan di bagian atas tulisan ini.
4. Pemilihan calon wakil presiden. Huhuhu... aku kecewa berat saat Jokowi memilih Ma'ruf. Orang yang pernah menyakiti hatiku. Huh. Malah dijadikan pasangan kerja. Tentang Sandiaga, ooohhh, orang muda ini terlalu sempit wawasannya, seperti orang yang biasa manja sedari lahir. Ndak bisa menarik simpatiku entah apa pun yang dikatakannya.
5. Apa sebenarnya yang menjadi motivasi mereka dengan pencalonannya? Jokowi melindungi siapa? Prabowo melindungi siapa? Siapa yang mereka bela? Hmmmm.... rasanya aku tak bisa menulis lebih lanjut. Kalau kutulis lagi malah jadinya cetek banget entar. Tapi aku mau menyuarakan ini: Siapapun kalian yang punya hak pilih, jangan golput saat pemilu nanti. Eh, ya terserah ding. Pokoke gunakan kesempatan tahun ini untuk mendapatkan pengalaman menentukan pilihan. Soal siapa yang menang jadi presiden entah Jokowi atau Prabowo ya itulah yang akan kita junjung sebagai pemimpin negara kita. Semoga semuanya semakin ke depan nanti.
Nah, segitu ya. So far, inilah pilihanku.