Menunggu bis berangkat dari Pontianak. |
Ya, waktu itu aku bersama beberapa orang masuk ke pelosok Kalimantan Barat hanya dengan modal : sepenuh tubuh dan jiwa. Selebihnya dibayarin CM. Hehehe... Selama hampir satu bulan aku menikmati perjalanannya, perjumpaan dengan orang-orang Dayak, berbagai tanaman semak, kebun, dan hutan, serta binatang-binatang yang biasa dipelihara maupun diburu. Aku juga mengalami seperti yang dilakukan oleh mbak Liest, mandi di sungai, hidup tanpa listrik, berjalan kaki tanpa patokan jelas dan lain-lain.
Sekarang ketika melihat foto-foto ini lagi, dadaku rasanya bergelenyar. Aku bilang, aku suka perjalanan-perjalanan seperti ini. Aku masih ingin melakukannya sampai seluruh sisa hidupku habis. Kotor-kotor dikit yang asyik. Kesasar-kesasar dikit yang mendebarkan. Takut-takut dikit tapi tetap bergelut.
Ya, ya, foto-foto ini memang seperti narsis saja karena kebetulan itulah yang kejepret. Tapi seluruh dinamika yang dialami saat itu tentulah tak terkata. Lihat fotoku di atas menara api ini. Kaki dan celana kotor, hmmm...kukira karena setengah basah karena untuk menuju tempat ini aku harus melewati beberapa sungai kecil dan besar, jalan setapak yang becek, beberapa kampung dengan rumah-rumah betang, perjalanan bertemu babi hutan yang butuh sekitar 2 atau 3 jam jalan kaki.
Yang tampak di foto? Hahaha...inilah. Narsis saja, berpose cantik padahal kaki jelas belepotan lumpur. Wuahhh...suatu saat, suatu saat aku akan melakukan hal-hal ini lagi. Suatu saat...
No comments:
Post a Comment