Dalam perjumpaan dengan ibu dan bapak di Kediri beberapa waktu yang lalu, aku baru tahu kalau mereka berdua sudah membeli tanah dua petak di pemakaman Sembak, Gringging, Kediri. Tanah itu kemudian disiapkan untuk menjadi rapi, dibuat dua lubang berdampingan, disemen sisi-sisinya dan dibuat penutup yang siap dibuka jika dibutuhkan suatu saat nanti.
Ibu menceritakan itu dengan detail, dengan wajah berseri-seri gembira.
"Beberapa orang protes, kenapa sudah membeli tanah itu. Tapi ibu bilang, jiwaku tidak membutuhkannya karena sudah tahu kemana dia akan pergi. Tapi tubuh yang tidak lagi dibutuhkan nanti saat kematian itu tiba, perlu diurus. Jadi biar saja kami siap-siap dari sekarang sehingga nanti tidak repot lagi. Ini kan sudah pasti, tidak mungkin tidak. Soal waktu saja."
Huft. Embun mengental di ujung mataku. Aku ingin memeluknya, tapi tidak kulakukan karena hmmm... keluarga kami baru akhir-akhir ini kurasakan mulai memakai sentuhan sebagai bentuk kasih sayang. (Dulu sama sekali tidak biasa kami saling peluk cium.) Tapi jiwaku memeluknya. Itu cara pikir yang hebat, membuatku salut dan karena ibu dan bapak gembira karena hal itu, aku juga ikut bergembira.
No comments:
Post a Comment