Saturday, February 08, 2014

Pantun Nasehat dan Pantun Jenaka

Aku sedang buru-buru akan keluar rumah kemarin malam ketika Bernard menahanku dengan bukunya.
"Bu, bantu sebentar. Aku ada PR yang bagiannya ibu."
Hmmm, tentu. Jadi aku duduk di sebelahnya. "PR apa?"
"Bahasa Indonesia. Membuat pantun."
Hmmm, aku tak ada ide. "Adik pakai saja pantunnya Sule."
"Nggak bisa. Ini pantun nasehat."
Aku melirik jam. "Ambil kertas dan pena. Cepat adik. Nih, ibu ada ide."
Dia menarik kertas di bawah keypad komputer, mencari-cari pena di dalam tasnya, dan memandangku.

Bunga melati bunga mawar
tumbuh dua batang di halaman
teman mari kita belajar
sungguh berguna di masa depan

"Ah. Sip, ibu. Sekarang pantun kedua, pantun jenaka."
"Hah? Memang PRnya membuat berapa pantun?"
"Dua itu saja. Habis itu ibu boleh pergi, lainnya aku kerjakan sendiri."
Dia menciumku lalu duduk lagi. Memandangku dan menunggu. Yach, kalau sudah kena cium tentu saja aku akan menyerah. Tapi pantun jenaka? Bagaimana buatnya?
"Pokoknya pantun yang bisa membuat orang hahaha hihihi, ibu. Bikin orang tertawa." Bernard menjelaskan.
Hmmm, tak ada ide.
"Jadi pakai hahahaha, hihihihi, ya? Apa ya, Nard? Kenapa tidak cari saja di internet?" Tawarku.
"Kelamaan, ibu. Ayo, cepetan."
Ih, yang buru-buru mau pergi kan aku, la kok dia yang lebih kebelet. Hmmm... pantun jenaka. Let see.

Burung dara burung merpati       (Aku berhenti sambil mikir. Bernard sudah menggigit penanya.)
diberi makan dalam peti              (Aku diam, lamaaaaa sekali. Bernard berdiri, mengambil minum.)
hahahaha hihihihi                         (Kok gitu? Protes Bernard. "Sudah tulis saja."
mari tertawa menghibur hati         (Kayak gitu? Bernard masih protes.)

"Kurang jenaka, ibu."
"Coba deh baca."
Bernard membacanya. Di bagian hahahaha hihihihi dia tertawa ditimpali tawa kakak dan bapaknya. Dan masih terus tertawa hingga bagian akhir.
"Tuh, kan. Lucu kan Nard. Semua tertawa."
Bernard tidak puas tapi dia tetap menyalinnya. "Tetep aja kurang jenaka. Tapi ya apa boleh buat."
Ih, aku cium kupingnya. "Nanti kita cari ilham lagi. Sekarang ibu pergi ya."
Tanganku diciumnya dan aku beri berkat di dahinya.

No comments:

Post a Comment