Coba buka Youtube sekarang. Wajah Hariri muncul di antara gambar-gambar yang ada. Karena aku pelanggan Youtube dan aku tidak suka cara Hariri bertindak plus caranya membenar-benarkan tindakannya, ini sungguh bikin eneg. (Silakan buka sendiri di Youtube tentang hal ini, pasti ketemu.)
Mataku tidak buta, juga mata siapapun yang melihatnya, entah yang dipasang di Youtube itu hanya seiris atau sekilas, semua orang bisa menilai bagaimana Hariri memandang manusia lain. Dia tidak menghormati martabat manusia bahkan martabatnya sendiri. Jika dia tidak menghargai martabat manusia, how dia bilang dia menghormati Penciptanya? Omong kosong.
Lalu ada pembenaran-pembenaran. Ah, otak itu bisa punya teori apapun. Alasan-alasan bisa diciptakan. Bahkan ekspresi muka bisa dipahat kerut-kerutnya. Tapi perasaan dan nurani setiap orang yang melihat wajah dan tindakan seseorang tidak mungkin bohong. Apakah Hariri patut menjadi panutan? Jika dia tak patut dicontoh, apakah omongannya sungguhan? Bisakah dia dipercaya? Tidak.
Baik kalau Hariri diam saja dulu untuk beberapa saat, belajar lagi menjadi manusia sejati yang semata ciptaan supaya dia bisa menghormati ciptaan yang lain dan kemudian menghormati Sang Pencipta.
(Hmmm... hal yang sama kulakukan untuk diriku sendiri. Ini nasehat untukku sendiri juga.)
No comments:
Post a Comment