Hari Bahasa Ibu Internasional, tepat pada hari ini, 21 Pebruari. Peringatan ini sudah ditetapkan oleh Unesco sejak 17 Nopember 1999, tapi siapa yang tahu? Peringatan ini tidak begitu familier padahal tujuannya adalah untuk menghormati keragaman bahasa yang ada di dunia, dan sekaligus keprihatinan akan musnahnya banyak bahasa di dunia karena tidak lagi digunakan.
Lihat saja di Indonesia, ada berapa bahasa yang ada pada ratusan suku yang ada? Tak terhitung. Di Jawa saja, pulau asalku ada banyak bahasa yang digunakan mulai dari Osing di Banyuwangi ujung Timur hingga Betawi juga Sunda di bagian Barat. Di Lampung tempatku tinggal sekarang juga punya bahasa suku yang baru kukenali beberapa katanya saja.
Bahasa Indonesia baik sebagai pemersatu, tapi bahasa-bahasa asli, bahasa ibu, akan mati jika tak digunakan. Mengingatnya di hari ini membuatku ingin memakai bahasa yang dulu pertama kali dikenalkan padaku. Minimal sedikit di sini ya :
GURIT PANGELING
"Ora ono lakon dadi kongkon
yen bisa, kowe sing kudu rumongso
mlakuo, terus mlaku, aku
ora mung neng mburimu, nanging aku
ugo ing iringanmu, nggondeli lengenmu.
Sepisan-pisan aku bakal mlayu,
ora pengin ninggalake kowe
nanging aku pengin methik kembang kanthil
kae, neng ngarep kae
kanggo wewangen, ugo pangeling,
yen mlako bareng kowe
bakal dadi wektu kang langgeng
mung iso dililing, ugo dideleng,
nganggo dekik esem kang marem."
Pahoman, 21 Pebruari 2014
(Dino kanggo Boso Ibu Sadonya)
No comments:
Post a Comment