Aku tak pernah membayangkan kejadian seperti ini bisa terjadi di sebuah toilet bioskop, yang rapi wangi bersih di XXI Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini. Huft.
Persisnya, usai berburu buku di toko buku pojok gedung di kompleks TIM beberapa hari lalu, aku tak sabar ingin menuntaskan kebutuhan biologis, kebelet pipis. Karena tempat terdekat toilet bioskop dan kutahu itu tempat yang bersih aku jalan cepat setengah lari ke situ. Tak berpikir untuk memilih toilet yang mana, pokoke yang terbuka dan aku menuntaskan hasrat hingga tuntas tas tas.
Tak disangka, pas mau keluar, handle pintu kuputar, dan macet. Pintu tak bisa dibuka! Aku mencoba memutar kembali, mendorong, menggedor, pintu tak beringsut. Huft, mesti teriak. Dan aku mesti berteriak beberapa kali, bermenit-menit hingga ada orang yang mendengar. Waktu aku masuk memang suasana lengang karena bukan jam pergantian jadwal pemutaran film. Tapi aku tahu para petugas kebersihan sedang ada di bagian luar sedang ngobrol ketika aku masuk.
Setelah cukup berkeringat baru ada suara.
"Kenapa, bu?"
"Aku tidak bisa membuka pintu."
Suara perempuan di luar meminta aku sabar, dia akan mengambil kunci. Ya, ya, aku tak ada pilihan lain selain sabar. Dia datang mencoba membuka pintu. Namun hanya handle pintu yang bergerak, sedang slot pintu tetap tertutup. Petugas itu memanggil teman-temannya, mencoba membuka, namun tak bisa. Lalu mereka memanggil beberapa orang lain lagi, sembari meminta aku untuk sabar. Ya, ya, aku tak ada pilihan lain selain sabar dan berkeringat.
Alhasil, setelah waktu berlalu, seseorang mencongkel slot pintu dengan obeng, dan pintu terbuka. Huft. Begitu aku keluar, pintu tertutup dan terkunci lagi, tak bisa dibuka walau dengan kunci. Kesimpulannya, pintu itu memang rusak.
Huft. (Untuk kesekian kalinya, huft.) Aku mengabaikan pintu itu, mengabaikan para petugas itu, yang penting aku sudah di luar, bernafas panjang, mencuci muka, dan keluar. Astaga, aku tak pernah menyangka bahwa suatu waktu aku mengalami hal seperti ini di TIM.
No comments:
Post a Comment