Semalam aku merasakan ketakutan. Tidak banyak hal yang bisa membuatku takut, tapi bisa banyak hal juga membuatku ketakutan.
1. Ketakutan pertama adalah pada kemampuanku mendidik anak-anak. Mungkin bukan takut, tapi kuatir. Tapi dua hal ini menjadi hal yang mirip ketika terjadi. Rupanya memang besar sekali konsekwensi ketika anak-anak sudah hadir dan menjadi tanggung jawab.
2. Ketakutan pada perpisahan. Ini tidak mungkin dihindari untuk banyak situasi, dengan banyak orang, makluk, benda. Membayangkannya saja bisa menurunkan air mata apalagi jika benar-benar terjadi. Aku sudah mengalami banyak perpisahan, tapi tak pernah menjadi biasa karena itu.
3. Ketakutan tidak bisa mengendalikan diri. Aku berusaha keras melakukannya, namun sering sekali kemudian terjadi lepas kendali. Aku takut ini terjadi setiap kali karena aku sudah mengalami akibat dari hal ini, setiap kali. Huh.
4. Ketakutan remeh temeh. Aku hitung-hitung dulu ya.
Aku sering bilang aku takut gelap. Tapi ada saat-saat benar-benar gelap tak ada lampu juga menjadi nyaman.
Aku bilang aku takut ulat. Tapi berapa kali pernah juga aku bisa melewati gerombolan ulat bulu di hutan Semeru, atau tempat lain.
Aku bilang aku takut sendiri. Tapi ternyata, beberapa kali aku memilih sendirian, menyepi. Tidak mendengarkan apa-apa, tidak bersuara apa-apa.
Aku bilang aku takut berada di lalu lintas. Tapi setiap hari aku menyetir Mioku dengan nikmat. Juga membonceng nyaman siapa saja.
Aku bilang aku ketakutan. Tapi mungkin tidak ketakutan.
(Aku ingin mengolah ini. Aku ingin tidak gelisah atau panik. Aku ingin bijaksana pada semua situasi.)
No comments:
Post a Comment