Monday, December 19, 2011

Almost

Melayang di antara awan. Kadang tidak jelas, ada di mana berada. Aku menirukan bahasa Albert yang mengatakan,"Aku ingin terbang. Tanpa mengepakkan sayap. Sambil tiduran. Entah di mana, tidak usah dipikir."
Albert, anakku, kau bisa melakukannya? Hingga terwujud mimpimu itu? Ajari ibumu ini. Ibu yang semakin hari tidak semakin peka pada tanda-tanda yang kau suarakan.
Kemarin aku mengatakan padanya.
"Orang hidup itu ada maksudnya. Kalau masih hidup, berarti maksudnya masih ada. Seperti Abah yang masih hidup hingga kini, pasti ada maksud."
"Seperti untuk mengajar ngaji anak-anak. Begitu kan, bu?" Selanya.
"Iya. Untuk mengajar ngaji mereka. Juga untuk mengajar kita. Mengaji itu kan untuk dekat dengan Tuhan. Juga mengajar kita untuk dekat pada Tuhan."
"Hmmm...." Dia diam di sebelahku.
"Ingat siapa itu yang Sun Go Kong, yang tangannya besar, bisa menggapai saja. Kalau mau tinggal dipindah saja orang dari satu tempat ke tempat lain."
"Budharulai."
"Ah, masak? Yang tangannya besar itu. Raja Langit atau Kaisar Langit itu, lo."
"Iya."
"Tuhan hampir seperti itu. Tapi Dia tidak memakai tangan-tangan besar seperti itu, tapi bisa mengunakan Abah atau kita sebagai tanganNya untuk memindahkan apa saja. Untuk maksudNya."
"Ya. Hampir seperti itu. Makanya Abah masih hidup ya."
"Itu juga mengapa kita masih hidup. Tuhan butuh tangan, sesekali kita adalah tanganNya. Bagus kalau kita sering menjadi tanganNya."
Albert diam-diam saja. Sedang aku mengunyah-ngunyah sendiri kata-kata itu. Kata-kata itu untuk aku, bukan untuk dia. Aku belum memahaminya juga.

No comments:

Post a Comment