Monday, December 05, 2011

Conspiracy (8)

(Kisah sebelumnya.)
"Jadi, apa yang kalian bisa kerjakan?"
Aku menantang masing-masing dari mereka. Heart gelisah di sudut mataku. Brain mendekat, mencoba memasang tubuhnya dengan angkuh. Dia mendehem sekali sebelum memulai kata-katanya.
"Kami sudah bekerja keras. Sudah beberapa putaran purnama kami mencoba melakukan beberapa strategi untuk menemukan kemauan Putri. Kami melakukannya dengan hati-hati supaya ini terjadi tanpa menyakiti Putri."
Aku menatap wajahnya yang serius.
"Jadi, apa hasil yang kalian dapat?"
Kembali Brain berdehem.
"Kami sudah menemukan titik terang. Bahkan kemudian kami sudah melangkah lebih jauh lagi untuk mendapatkan hasil yang optimal, seperti yang dimaui Putri. Putri tahu kalau kami sangat menyayangi Putri. Tidak ingin Putri terpuruk, celaka, dan mendapatkan malu. Kami tidak ingin Putri runtuh hancur oleh apapun juga."
"Lalu?"
Brain tidak mendehem tapi melirik ke arah Heart. Beberapa detik kemudian dia baru melanjutkan.
"Dia, tidak sabar. Melakukan tindakan gegabah yang merugikan semua. Kami sudah coba mengingatkan dia, tapi..."
"Tidak! Itu tidak betul!"
Heart berdiri dengan marah. Ingin membela diri dengan wajahnya yang merah padam.
"Diam, Heart! Memang kau mengacaukan rencana kita!"
"Tidak! Mereka yang berkianat dan mengacaukan semua, Lady. Mereka tidak mendengarkan kata-katamu, malah memberikan tafsiran sendiri terhadap keinginanmu."
"Kamu! Tidak ada pembicaraan yang pasti. Kita sudah sepakat, tapi kau! Apa yang kau kerjakan?!!"
"Aku hanya ingin menyelamatkan Putri dari pikiran logismu yang bodoh itu!"
"Kamu harus lebih mengendalikan diri, kalau tidak ingin Putri terjerumus dalam gerakmu yang ngawur melankolis itu!"
"Tapi kalian membuat tafsiran yang terlalu jauh dari kemauan Putri!"
"Kita tidak hanya mengikuti kemauan Putri! Heart, kau harus ikut terlibat juga untuk memberi keselamatan pada Putri. Keselamatannya lebih penting!"
Brain membelalak membentak terus bersuara.
Heart dengan wajah tak mau kalah tetap bersuara.

Kepalaku berdenyut-denyut mendengarkan debat kusir antara mereka. *
(Bersambung)

No comments:

Post a Comment