Thursday, November 06, 2008

Suamiku


Saat rapat tim untuk membuat jaring politik beberapa hari yang lalu, 12 orang yang datang memulai pertemuan dengan menceritakan detil identitas dan aktifitas masing-masing. Supaya bisa saling percaya dan jalan bareng di masa mendatang. Aku bercerita tentang diriku sendiri. Seorang istri, ibu dari dua anak. Dengan aktifitas di majalah, orang muda, perburuhan,...bla, bla, bla,...punya minat kuat pada bla, bla, bla...
Seorang bapak mengatakan,"Aku tidak bisa membayangkan mengerjakan semua itu. Terlebih kalau aku seorang perempuan."
Aku langsung mengangguk. Iya, betul, pak. Ini karena ada lelaki hebat yang ada di sebelahku. Bukan seperti suami-suami kebanyakan.
Kalau suamiku bukan Den Hendro, aku juga tidak bisa membayangkan melakukan ini itu dengan status istri dan ibu dua anak, yang melekat tak mungkin lepas seumur hidup. Dengannya, aku mendapatkan kesempatan bukan sekedar menjadi Nyonya Hendro dan Ibu Albert - Bernard. Dengannya, aku tetap bisa menjadi seorang Yuli, yang merdeka sebagai seorang ciptaan dengan banyak karunia yang sudah diberikan oleh Penciptanya, untuk dikembangkan berkali lipat. Dengannya, aku tetap bisa bermimpi, berkeliaran, ... Tidak ada yang hebat dariku karena aku menjalankan apa yang mestinya memang aku jalankan.
Dialah lelaki hebat itu, yang sudah memberikan kasih dan ruang percaya sebesar itu.

1 comment:

  1. Jarang-jarang lo Mbak Pria seperti Mas Hendro.

    Jika aku membayangkan dengan diriku yang akan datang, ketika aku berkeluarga, wah sulit rasanya menjadi seorang Den Hendro. Yang terpikirkan dikepalaku adalah membatasi ruang gerak istriku kelak. He...

    .....Nanti istriku tak kon ngurus omah lan anak-anaku ae. Nek ra gelem tak kaploki pek jalok ampun.....

    Hwahahaha....
    Tapi Boong...

    ReplyDelete