Friday, November 07, 2008

Lidah

Aku mengaduh dalam gelap. Sakit seluruh pancaindera.

"Aku tidak menggigitmu, sungguh. Tapi sedang mencari lidahmu." Sanggahnya dalam suara berat.

Mana mungkin lidah yang aku titipkan padanya bisa hilang begitu saja?
Bukankah waktu itu dia berjanji akan menjaga lidah itu tetap aman?
Aku tidak mungkin bertahan jika lidahku hilang.

"Waktu itu aku tidak memaksamu. Kamu sendiri yang memberikan lidahmu padaku." Masih menyanggah dia dengan suara parau bertembakau.

Bagaimana mungkin bibirnya melepaskan kunci pada lidahku?
Sehingga berkeliaran entah kemana tanpa tulang dan kehendak?
Aku harus mendapatkan lidahku kembali.

"Sungguh, tidak ada lagi di dalam mulutku. Lihatlah bibirku!" Semakin dia tidak masuk akal memberikan sanggahan. Aku tidak bisa menuduh selain dia.

Aku meletakkan bibirku di atas bibirnya. Mencoba mencari-cari dalam rongga mulutnya, barangkali dia menyembunyikan lidahku di sana.
Selama lidah itu belum kembali,
tak kan mungkin aku bersuara.
Tak kan mungkin aku menaruh percaya
kepadanya.

No comments:

Post a Comment