Thursday, November 06, 2008

Dalam Senyuman

melihat tangan melenggang aku ingat sebuah senyuman
yang meruapkan dupa dalam jiwa penuh birahi
serupa bunga-bunga semerbak di altar pemujaan
memberikan kesempatan masa depan hadir berjanji
'tak pernah kupikir menamparmu
hanya menyayangimu'
seperti bisikan persis di rongga telinga
aku tidak bisa menyetujui nada-nada fatamorgana

'tak penting kau menamparku
atau kau menciumku
lakukan saja!
karena saat kau lakukan berarti engkau ada di dekatku!
engkau mengkerut di ujung hatiku
menelan pahit marcapada
tak berani menampar atau menciumku
karena jauh kau tak terhingga


The flower grew in an altar of soul full of echantment.
The fragrance of love has washed some hurts on hurts.
The parfume has relieved a darkness of soul.
For a while, I may tell a story of heaven, it will wither together the time.
(Terakhir ini upaya Leo, SCJ. entah dari mana idenya. Bagiku menjadi ide yang baru lagi. Thanks, Mo.)

No comments:

Post a Comment