Wednesday, July 09, 2014

40 Tahun yang Muda

Hari ini, 9 Juli 2014, pada pukul 07.00 pagi, aku tepat berumur 40 tahun. Aku sudah membayangkan tahun ini dari tahun lalu. Aku berusaha menyiapkan segala sesuatunya untuk masuk pada putaran 40 tahun, masuk pada umur kepala 4.

Ada beberapa hal yang kusiapkan.

1. Menjauh dari kesibukan Majalah Nuntius. Hal ini terwujud berkat Mgr. Yuwono yang memberikan surat keputusan baru untuk orang baru bagi Nuntius. Aku tak perlu mengkuatirkan kelangsungan Nuntius karena dia pasti akan terus berjalan. Aku sudah 9 tahun berada di dalamnya, menjadi pengasuh, melayaninya sebagai bayi yang menghabiskan seluruh waktuku. Tahun ini cukup sudah. 108 edisi cukup untuk Nuntius dari tanganku, jiwaku. Bukan urusan mudah, karena gempuran pun masih muncul di tahun terakhirku ini. Tuduhan ini itu masih terus muncul. Aku tidak akan menjelaskan apa-apa soal itu, tapi aku ingin mengatakan satu hal, biarlah aku terus memurnikan diriku dengan seluruh prosesnya. Nuntius tetaplah cintaku dan kenikmatanku. Begitu saja.

2. Aku membuat simbol. Dan aku membuatnya dalam bentuk buku. Dua buku yang orisinil Yuli. Yang pertama sudah terbit, buku puisi Pembatas Buku, terbit awal Mei 2014. Sebentar lagi akan terbit kumpulan cerpen Yuli Nugrahani dan sketsa Dana E. Rachmat "Daun-daun Hitam", mungkin akhir Juli 2014. Mungkin satu buku lagi, sebuah novel yang sekarang sedang dalam proses penulisan. Ketiganya, atau keduanya menjadi tanda bagiku di tahun ini, tahun ketika aku melewati usia 40 tahun.

3. Aku masuk dalam dunia versi lain. Seperti apakah itu? Aku belum bisa banyak cerita, tapi aku merasakan bahwa pelan-pelan aku menyadari keberadaanku yang jauh lebih besar dari badan wadag ini. Aku terus berpendar, bergetar bersama dengan makluk lain dan seluruh semesta dalam keutuhan. Dan aku terus bergerak mendekat pada Cahaya Suci dengan layak. Ini sesuatu yang membuatku berdebar, dipenuhi rasa cinta. Aku menjadi manusia merdeka dalam dunia versi lain ini. Dan manusia merdeka hanya bisa merasakan kebahagiaan, apapun yang dialaminya.

Jadi sekarang, masih perlukah ucapan selamat ulang tahun? Tidak. Ucapan itu hanya bonus saja. Yang lebih penting aku mengucapkan terimakasih pada ibu yang sudah mengandung, melahirkan dan mengasuh aku sebagai Yuli, juga para ibu lain yang pernah mengandung, melahirkan dan mengasuh aku dulu, dalam kehidupan yang lain, dan nanti pada saat mendatang. Terimakasih. Aku tahu aku semakin sempurna.

No comments:

Post a Comment