Aku mesti menulisnya karena ini akan jadi kenangan penting dalam hidupku (ceile). Jadi aku memulainya hari ini. Akan aku bagi dalam beberapa bagian dengan menampilkan detil-detil. Of course pertama-tama bukan untuk kepentingan orang lain tapi untuk diriku sendiri. Seperti yang kukatakan, perjalanan ini adalah kenangan penting dalam hidupku.
Munculnya kemungkinan adanya perjalanan ini adalah undangan dari ACPP Hongkong pada bulan Juli lalu lewat emailku. Mereka berharap kehadiranku atau wakil dari organisasiku atau wakil dari jaringanku untuk kegiatan mereka di Sri Lanka. Jadi sebetulnya kesempatan ini bukan semata-mata untuk diriku sendiri. Tapi dari awal aku sudah memilih untuk mengambilnya bagi diriku sendiri walau aku belum memastikannya lebih dari 50 % karena hal-hal teknis yang menyertai.
Yup! Sri Lanka! Ini tujuan yang tidak biasa. Sangat jarang orang menyebutnya sebagai tujuan wisata atau rekreasi. Aku sendiri sangat terobsesi India karena Rm. Mangun, Mdr. Teresa, Shah Rukh Khan dan Arundati Roy dan aku berpikir Sri Lanka sangat dekat dengan India dari sisi apapun. Jadi ini langkah pertama untuk mendekati India.
Persiapan pertama adalah lobbying ke banyak pihak. Lembagaku tidak punya dana untuk ini dan aku paham aku tidak akan mendapat support. Jadi aku jujur pada ACPP tentang situasi ini. Saat aku kirim ke mereka juga aku sertakan perkiraan dana yang dibutuhkan untuk perjalanan semacam itu PP Lampung - Jakarta - Colombo. Kejutannya, jawaban ACPP sangat positif. Mereka tidak memintaku untuk membayar akomodasi sedikitpun, dan seluruh tiket PP Jakarta - Kolombo akan mereka cover. Ini menambah peluangku untuk pergi.
Kedua, aku mulai lobbying pihak-pihak lain untuk mengatasi biaya-biaya lain seperti visa, airport tax, penerbangan domestik, transport lokal, kemungkinan menginap tambahan di Colombo jika diperlukan dan sebagainya. Aku lagi bokek berat dan tidak mungkin memakai uang keluarga untuk kepergian sendiri semacam ini. Bersamaan dengan itu aku mulai browsing segala hal tentang Sri Lanka. Mungkin ini akan jadi perjalanan sendirian yang bisa jadi menyesatkan. (Terimakasih untuk Sister Aquina yang amat sangat mendukungku. Thank you very much, sister.)
Ketiga, mulai booking tiket Jakarta - Colombo PP, konsultasi dengan ACPP karena mereka gak akan biayai lebih dari 700 USD sembari ngurus visa. Sejak tahun ini WNI mesti apply visa di Indonesia jika mau ke Sri Lanka (dulu bisa visa on arrival). Urusan ini ternyata sangat mudah. Mihin Lanka anak penerbangan Srilankan Airlines menyediakan penerbangan budget rendah seharga 669 USD untuk Jakarta - Colombo PP. Jadi masuk dalam anggaran ACPP dan mereka ok. Raptim membantuku untuk urusan ticketing ini dengan sangat rapi. Sedang pengurusan visa aku bisa lakukan dengan masuk ke
www.eta.gov.lk secara online dan untungnya pembayaran bisa dilakukan dengan debit card yang kupunya (awalnya aku kuatir karena aku tidak punya kartu kredit).
Keempat, mulai persiapan tiket Lampung - Jakarta PP, browsing detil-detil yang diperlukan, dan yang paling utama menyiapkan makalah dua halaman tentang hak asasi manusia berdasarkan ASG dan realitanya. Hanya sharing pendek yang mereka harapkan bisa aku presentasikan saat di Sri Lanka. Bahasa Inggrisku yang kacau kampungan mesti kupamerkan dengan rendah hati. (Saat kukirim, kusertai catatan pendek meminta panitia untuk mengeditnya. Tapi mereka menjawab tidak ada masalah apapun, semua bisa dipahami walau grammarnya berantakan. Hehehe...)
Kelima, bagian akhir persiapan adalah nyiapin rumah bersama Den Hendro, Albert dan Bernard tentang makanan dan ini itu selama aku pergi. Juga menukar rupiah ke dolar Amerika yang sedang melambung tinggi (1 USD = Rp. 11.600,-). Bangkrut pokoke. Aku hanya membawa 300 USD. Itu cukup untuk pegangan dan tidak niat untuk dibelanjakan. Juga menulis alamat-alamat penting yang mungkin dibutuhkan. Ini wajib dikerjakan karena di sana nanti aku akan mandiri sendiri gak bisa bergantung pada orang lain. Dan bagian terakhir, packing. Hanya perlu 1 ransel yang biasa menemaniku. 8 baju atasan untuk 8 hari, 1 celana panjang, 1 celana selutut, 1 rok, satu stel baju tidur, handuk, dan baju dalam 16 stel. Plus 1 pak pembalut, 2 pak tisu kering, 2 pak tisu basah dan alat kebersihan lengkap. Karena panitia sudah mengatakan tidak ada acara resmi aku hanya membawa kostum santai, dan sepatu gunung.
Okey, ini harus menjadi perjalanan nyaman. Dan sebelum Sriwijaya Air menerbangkanku dari Raden Inten II, aku sungguh merasa nyaman. ***(
bersambung)